MASIGNCLEAN101

Review : Vitacid (Retinoid Acid 0,05%)

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf bila besar lengan berkuasa pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Tadinya saya sudah nulis draft ini hingga cuapek, kemudian mendadak sadar sudah hilang T_T. Mungkin kehapus secara nggak sengaja atau saya yang lupa nge-save, tapi pokoknya ngga ada aja. Kzl kan? Harus ngulang nulis dari awal mana saya rada lupa sama yang udah ditulis kemarin -_-.

Dalam menulis - atau berbicara - setiap orang tuh punya gaya bahasa masing-masing. Termasuk juga pilihan diksi, cara penyampaian, pokoknya punya huruf masing-masing deh. Makanya gaya bahasa tuh buat saya nggak sanggup dicontoh waktu nulis. Pasti beda soul-nya sama penulis aslinya. Saya tuh suka baca. Dari setiap karya saya sanggup nemuin perbedaan tiap penulis dalam memberikan inspirasi melalui kalimat. Orang yang gemar nulis berdasarkan saya niscaya awalnya suka baca, atau dibalik: orang yang gemar nulis harus gemar baca. Soalnya membaca tuh akan memperkaya khazanah gaya bahasa bagi penulis newbie. Saya suka menganalogikannya gini; penyanyi misalnya, harus punya banyak rujukan musik dari penyanyi atau musisi lain untuk memperkaya musikalitasnya. Ini berlaku juga buat penulis yang harus banyak baca. Bukan buat jadi plagiat tapi lho ya. Kayak yang saya bilang di atas, gaya bahasa tuh ngga sanggup ditiru. Bayangin aja kalau Tsubasa mendadak ngomong gaya Squidward, niscaya nggak pantes kan? Itu huruf fiktif, kalau insan beneran niscaya lebih ngga cocok lagi.

Semakin banyak rujukan penulis yang saya baca, saya semakin nemu banyak karakter. Dari sini saya jadi mencar ilmu mengenali huruf saya sendiri kayak apa pas nulis atau ngomong. Saya orangnya suka diksi yang lebay-lebay, sok intelek, hahahahah. Saya tuh suka kalau nemu istilah baru, dan suka nyari artinya di kamus. Minimal kamus segala istilah Wikipedia deh. Kalau ngga nyari artinya soalnya suka salah penempatan kata jadinya. Kata-kata sederhana yang kaya bahasa yang kuasa alasannya jarang digunakan insan pada umumnya semacam 'walhasil', 'skeptis', 'kapabilitas', dan lain sebagainya tuh menarik banget bagi otak saya buat dipahami maknanya dan digunakan pas nulis. Aih harusnya saya jadi sastrawan aja yaa :'D.

Hari ini saya mau nulis review lagi. Kali ini soal produk yang udah saya pakai semenjak awal - nggak awal-awal banget sih, segala produk yang gres saya beli bulan ini dan gres digunakan ya pakainya mulai tanggal sesudah belanja dan kalau yang nggak beli dipakainya semenjak awal bulan tapi nggak pas awaal banget - bulan buat krim malam, Vitacid! Vitacid ini udah populer dari dulu dan udah bertebaran review-nya di mana-mana. Saya mau share aja pemakaian di saya gimana, buat nambahain opini publik. Sebelum beli, saya udah googling sana sini buat tau pengalaman orang-orang yang udah pernah pakai duluan. Ada yang bilang manis ada yang komen negatif. Tapi saya tetep pingin nyoba. Sebenernya Vitacid ini masuk ke golongan obat keras ya, cuma boleh digunakan atas resep dokter. Cuma ternyata di apotik dijual bebas tanpa resep. Saran saya, kalau mau pakai harus pinter-pinter dulu cari tau indikasi, kontra indikasi, peringatan dan lain sebagainya semoga nggak membahayakan diri sendiri.


Saya beli Vitacid yang cream, isinya Retinoid acid berkadar 0,05%. Ada tiga taraf konsentrasi produk ini sih, paling rendah 0,025%, tengah 0,05%, dan paling tinggi 0,1 %. Sebenernya untuk pemakai pemula lebih baik memulai dari kadar terendah sih, tapi saya khawatir nggak sabaran nunggu imbas pemakaian kalau kadarnya terlalu rendah. Jadilah saya beli yang takaran pertengahan aja. Yang sedang-sedang aja rasanya pilihan tepat, nggak kekecilan nggak ketinggian ;).

Vitacid (Retinoid acid 0,05%) dihargai Rp. 42,200 untuk netto 20 gram. HET-nya Rp. 42.144 sihh. Aseem tadinya pas saya baca-baca review ada yang nyebutin harganya 24 ribu  Nah ini 42 rebu. Untuk kagak kurang duit saya, kalo iya kan tengsin ngga jadi beli. Tapi nggak sanggup nyalahin yang nyebutin harga sih, mungkin itu harga untuk ukuran kemasan lebih kecil atau harga jaman dulu yang belum meroket kayak harga cabai sekarang.

Sebagian besar pengguna Vitacid ini ialah orang yang punya dilema dengan tumbuhnya jerawat parah di kulit. Saya enggak, tapi saya pingin pakai Vitacid buat ngilangin komedo. Sekalian buat exfoliating juga semoga sel kulit kusam pada minggir. Ngomong-ngomong, beberapa orang nambahin penggunaan Niacef dan Glycore juga selain Vitacid untuk kulitnya. Tiga nama di atas tuh obat keras semua, kandungan dan efeknya beda-beda tapi. Googling sendiri ya buat nyari. Tadinya saya ingin beli ketiganya tapi takut terlalu banyak materi kimia diserap kulit, lagian mahal juga sehingga nggak jadi. Eh ya, saya agak curiga kalau krim-krim racikan klinik estetik yang nggak pernah nyantumin komposisi tuh isinya ya ini. Dengan ngeracik dikit-dikit, dijual mahal, untung gede yak.

KEMASAN


Dikotakin karton putih dengan aksen garis-garis asimetris warna perpaduan peach dengan abu-abu pucat sebagai kemasan luarnya. Di sekeliling kotak ini terdapat sejumlah keterangan produk. Mulai dari nama dan kadar produknya, logo K dalam bulat merah yang maksudnya peringatan ini obat keras, dan keterangan-keterangan kecil lainnya. Ada juga tanggal produksi dan expired-nya, ini akan kadaluwarsa dalam jangka waktu 2 tahun dari produksi. Vitacid yang saya beli diproduksi September 2016, berarti ED-nya September 2018. Lalu ada peringatan tegas lagi: HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Aduuh maap ya saya abaikan dan badung beli sendiri T_T. Ada juga keterangan kalau Vitacid ini hanya untuk pemakaian pada kulit. Simpan pada suhu di bawah 25 C. Baiknya ditaruh kulkas aja kalo gini ya? Tapi punya saya masih saya simpen di kamar soalnya kini ekspresi dominan ujan di mana suhu kamar saya jadi cuek luar biasa. Habisnya kalo ditaruh kulkas saya males buat jalan ngambilnya tiap mau pake.


Vitacid (Retinoid acid 0,05%) ini isinya Asam Vitamin A (Retinoid acid 0,05%) dalam zat dasar krim yang sanggup dicuci dengan air. Produsennya ialah PT. Surya Dermato Medica Laboratories atau disingkat SDM - saya ngga ngerti kenapa 'L'-nya nggak digunakan dalam akronim - yang berlokasi di Surabaya - Indonesia. Ada yang nggak tahu Surabaya? Itu di Jawa Timur noh. Ada Reg. No. DKL-nya juga ditulis di kotak cuma nggak kebaca oleh saya dari foto alasannya kuecil-kuecilnya. Kotak aslinya udah saya buang jadi sorry nggak sanggup saya sebutin. Nomor ini semacam nomor BPOM-kah?


Sekarang, kita buka kotaknya. Isinya tube dari aluminium - kalo nggak salah - bertutup plastik. Tube-nya punya desain warna dan goresan pena yang sama dengan kotaknya. Yang beda cuma bentuk sama materi aja. Tube ini kalau dibuka tutupnya, dalemnya masih ketutup loh. Untuk ngeluarin isinya kita kudu nyoblos lisan botol pake belahan luar tutup yang dikasih runcingan. Yah, semacam ngebuka tube lem gitu deh ;).



DESKRIPSI


Di dalam kotak tadi disertain juga brosur buat dibaca-baca sama pembelinya. Sebenernya saya udah fotoin brosurnya dengan goresan pena yang terang kebaca jadi bacalah sendiri ya ;). Saya tulisin lagi dikit poin-poinnya. Vitacid (Retinoid acid 0,05%) bekerja dengan meningkatkan mitosis dan pergantian sel epidermal serta meningkatkan sistesis keratin. Peningkatan permeabilitas kulit menjadikan hilangnya cairan sehingga mempermudah pengelupasan kulit dan mencegah terbentuknya komedo baru.

Bahasanya saya suka nih, tapi sukar dimengerti :'D. Mitosis itu apa sih? Kebalikannya osmosis bukan? Baca di wiki malah mumet nih :S. Pokoknya yang saya tangkap dari goresan pena di atas tuh pada dasarnya Vitacid ini ngeringin kulit buat ngelupasin komedo-komedo jahat dan nyepetin pergantian sel kulit jadi baru. Artinya ini sanggup digunakan untuk mengusir komedo saya dan menyamarkan bekas jerawat yang ada. Untuk scar dalem niscaya nggak bisa, tapi mungkin kalo bekas gres dan nggak dalem bisa.

Vitacid diperuntukkan bagi pengobatan jerawat secara topikal. Ngga boleh digunakan sama yang hipersensitif sama Retinoid acid - inilah makanya perlu keterlibatan dokter, semoga penggunanya sanggup dipastiin nggak hipersensitif. Saya nggak hipersensitif kok sesudah nyoba makai jadi saya bukan orang dengan kontra indikasi. Produk ini jangan digunakan di bersahabat mata, mulut, hidung, pokoknya jangan hingga masuk ke selaput lendir. Kan ini buat pemakaian luar aja. Vitacid baiknya digunakan sekali sehari aja kalau malem dan siangnya wajib pakai sunblock - saya pakai sunscreen, bedanya apa?


Efek samping penggunaan Vitacid ialah kemerahan, bengkak, pengelupasan kulit, hingga sanggup melepuh atau mengeras kulitnya bagi yang peka. Kalau timbul imbas samping yang nggak nyaman, turunin aja dosisnya atau hentikan penggunaannya. Efek samping akan hilang sesudah produk ini dilarang pemakaiannya. Saat pemakaian dimungkinkan timbul rasa panas atau pedih. *Pedih? Yang paling pedih itu berharap pada pacar orang.gais*


ISI

Vitacid (Retinoid acid 0,05%) ini berisi cream putih rada silver yang nggak terlalu kental. Malah rada liquid kaya lotion. Ada aroma anyir samar tapi kalau dicium lebih seksama wanginya aroma obat. Aroma ini bakal ilang sesudah dioles kok. Isi tube-nya penuh, pas saya coblos cream-nya eksklusif pada nlotok keluar tanpa dipencet. Kaprikornus hati-hatilah mencoblos tube, jangan hingga isinya banyak muncrat, rugi.


Vitacid ini nggak lengket dan gampang meresap pas dipakai. Praktis diratakan juga. Daan, nggak meninggalkan bekas.

PEMAKAIAN

Waktu saya beli Vitacid (Retinoid acid 0,05%), apotekernya wanti-wanti "Mbak, nanti pakainya tipis-tipiis aja yaa, ditotol aja jangan dioles ke seluruh muka". Tapi saya malah galau kalau pakainya ditotol, lha wong komedo saya bejibun, sanggup ribet notolinnya satu-satu. Jadilah saya pakainya dioles tipis ke seluruh wajah pakai jari tiap malem. Buat yang berjerawat kayanya lebih baik pakainya dengan kapas/kassa. Nggak perlu pakai banyak dan tebel, nggak akan nambahin hasil pemakaiannya jadi lebih manis atau cepet. Pada umumnya hasil akan tampak pada ahad ke 2-3 dan hasil maksimal akan didapat di ahad ke-6. Vitacid isi 20 gram ini sanggup saya pakai hingga 6 ahad nggak ya? Rasanya bisa... Dikit-dikit aja kok makainya. Tadinya saya nggak berencana pakai Vitacid ini tiap hari, tapi alasannya cara pakainya emang digunakan tiap hari ya saya pakai tiap hari. pernah kejeda sehari nggak pakai gitu kalau pas lupa atau males.

Vitacid bekerja dalam kondisi tanpa cahaya, makanya disarankan pakainya malam sebelum tidur. Kaprikornus kalau pakai ini, jangan bobo sambil nyalain lampu yaa... Kalau main HP gimana? Mungkin ngurangin dikit kerja si Vitacid. Oh iya, pada ahad awal pemakaian mungkin akan malah akan timbul jerawat atau peradangan. Itu kerja Vitacid buat mengeluarkan komedo atau jerawat yang numpuk di dalam kulit selama ini. Selama pakai Vitacid, jangan pakai obat jerawat yang mengandung sulfur atau asam salisilat dan obat-obatan pengelupas lainnya.

HASIL

Setelah pakai Vitacid (Retinoid acid 0,05%) ini selama sekitar 2 mingguan, saya belum ada imbas signifikan. Hari pertama pakai, sempat khawatir tuh esoknya kulit bakal eksklusif mengelupas, ternyata enggak. Pas pakai pertama, justru nggak ada rasa apa-apa. Krimnya adem aja dioles, nggak panas nggak pedih. *Apa kulit saya terlalu badak?* Besok paginya bangkit tidur, kulit saya nggak kering nggak merah nggak ngelupas. Tetep berminyak aja. Saya lanjutin ke malam-malam selanjutnya. Tetep sama aja. Saya juga nggak muncul jerawat dari dalam.

Setelah seminggu, mulai terasa rada panas kalo produk dioles, terutama di area hidung dan pipi yang paling banyak komedonya. Kulit juga jadi sensitif kalau kena matahari, makanya saya kudu nggak boleh lupa sunscreen, Pernah nggak pakai sunscreen rasanya panass kalau di luar ruangan yang kena panas matahari terik. Jelang dua minggu, sekitar hidung dan pipi mulai ngelupas tapi dikit doang. Untung saya basuh mukanya pakai sabun yang mild jadi nggak perih kalau ngelupas. Pas kulit saya ngelupas ini, jadinya lebih terasa sensitif. Kalau saya nggak sengaja garuk kulit atau kecuwek kuku, sanggup eksklusif lecet berdarah :'(. Pas ini kulit rada kering. Mungkin ini fungsi exfoliating-nya gres nunjukin hasil kerja. Tapi kulit saya nggak bertambah cerah secara drastis gitu, biasa aja kaya hari-hari sebelumnya. Biasanya juga emang udah tidak mengecewakan cerah sih, cciieee :D!

Dua minggu, kulit sudah nggak terlalu sensitif. Nggak lagi kering, kini bermuinyak lagi, nggak tambah cerah banget - mungkin iya dikit cuma saya nggak terlalu merhatiin - dan skin tone tetep. Nggak panas juga pas dioles Vitacid, cuma kok malah jadi rada gatel kaya ada sensasi menggelitik gitu di sekitar hidung. Ngelupasnya berkurang, cuma di idung aja sekarang. Itupun duikit banget. Tapi sekarang, komedo saya justru makin numbuh. Kalau di-peeling-pun dan berkurang, nanti besoknya ada lagi. Mungkin ini komedo tertumpuk dari dalam atau gimana T_T. Saya rasa ini komedo bukan alasannya break out dari skin care lain ya, tapi memang alasannya Vitacid. Soalnya kan emang salah satu kerja Vitacid gitu.

Sayang saya nggak ada foto perjalanan kulit dari hari pertama pakai Vitacid (Retinoid acid 0,05%) hingga sekarang. Kaprikornus ngga sanggup liatin perkembangannya dari hari-ke hari. Cuman hingga hari ini kulit wajah saya masih biasa aja, belum banyak perubahan. Komedo juga masih. Abisin se-tube aja dulu kali ya?

Saya masih akan pakai Vitacid (Retinoid acid 0,05%) hingga habis se-tube. Nanti saya penilaian hasil balasannya gimana. Saya kayaknya nggak akan repurchase, wong ini aja dipake usang habisnya. Lagipula, khawatir terlalu usang pakai obat keras. (Eh boleh nggak sih pakai Vitacid ini dalam jangka waktu usang dan berkepanjangan?) Sekarang, saya pakai hingga abis dulu :), kayaknya bakal lebih dari 6 ahad deh ini.

Secara keseluruhan, saya belum sanggup bilang puas nggak sama kerja si Vitacid (Retinoid acid 0,05%). Tapi alasannya nggak ada dilema berarti selama pakai, ya saya nggak ada complain ;). Ah, udah dulu ya review saya kali ini. Mudah-mudahan abis pakai se-tube Vitacid (Retinoid acid 0,05%) ini komedo saya bablaas semua. See you :)!

Notes :
+ kalau di saya, nggak ada imbas samping separah yang dibilang di brosur
- harga tidak mengecewakan yaa
- mungkin kerjanya bikin imbas jerawat dan peradangan bagi sebagian orang meskipun di saya enggak
- sebelum pakai, selau waspada sama warning-nya ya, pastikan baca brosur atau googling dulu, lebih manis lagi kalau konsultasi ke dokter kulit juga ;)
Share This :
Johan Andin