MASIGNCLEAN101

Review & Swatch: Wardah Blush On Seri C & D

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jikalau kuat pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]


I'ts May Day...! Ini hari libur dan saya teteup aja diem di rumah kaya anak pingitan. Plis dong ajakin saya jalan, keluar kemana gitu kek. Sedih amat jadi cupu kebanyakan di rumah T_T. Ini bulan baru, dan bulan kemarin saya kurang produktif sebagai manusia. Jarang nulis, plus jarang baca. Pinginnya saya tebus bulan ini dengan nulis seproduktif mungkin dan nyelesaiin sebanyak mungkin buku. *back to kutu buku ;)*

Untuk mengawali hari tanggal satu ini, oke saya akan menulis sebuah review saja. Berhubung belum hunting belanjaan dan nggak punya satupun benda gres yang sanggup dikulik, jadi bongkar persediaan usang aja ya. Hari ini temanya blush on. Yayayay, saya termasuk penggemar blush on. Hidup tanpa pipi merona tuh kadar kehampaannya bagaikan malam ahad tanpa pacar soalnya. Saya hampir selalu pakai blush on kalau keluar rumah. Mau make up tebel atau simpel pun kudu pakai blush on supaya seger. Nah, salah satu blush on pertama saya yaitu Wardah Blush On. Jaman saya masih gres berguru dandan, saya termasuk Wardah-addict. Apa aja produk Wardah yang kira-kira sanggup digunakan saya beli. Untuk blush on, mula-mula beli satu doang, yang seri C. Lalu ketika satu terasa tak cukup - padahal masih penuh - saya beli lagi yang seri D. Kayak apa bentuknya? Simak bahasan di bawah yukk!


Dikemas begini aja, tanpa box tapi dulu ada plastik penyegelnya yang bening. Harganya saya lupa, sekitar 40-45 ribuan kayaknya. Tergolong menengah kalau berdasarkan dompet saya, tapi masih masuk akal kok untuk kelas kosmetik lokal bercitarasa tinggi. Kemasannya berbentuk kotak, sama kayak eye shadow-nya tapi nggak bakalan ketuker kok lantaran ada potongan bening di sisi depan kemasan. Makara isinya keliatan sebelum diambil. Material kemasan plastik, selain potongan bening ada sisi yang tertutup warna silver khas Wardah di potongan muka plus goresan pena nama brand-nya juga. Kalau dibalik, sisi belakangnya juga nggak sepi. Ada sticker silver bertuliskan keterangan bahan, arahan produksi, tanggal kadaluwarsa, pabrik, barcode, hingga logo halal dan netto produk ini. Beratnya 4 gram saja, tapi itu saya yakin cuma isi blush on di dalamnya. Kalau sama kemasan entah berapa, nggak enteng-enteng amat kok kalau ditimang.


Keliatan nggak tulisannya? Nih, saya kasih yang lebih gede...

Seri C

Sticker-nya udah agak luntur lantaran sering dipegang.

Nggak ada deskripsi layaknya kata-kata mutiara buat blush on ini. Produsennya irit kata kali ya, yang ditulis eksklusif ingredients yang isinya:
Mica, Talk, Diisostearyl Malate, Polymethyl Methacrylate, Dimethicone, Glyceryl Trioctanoate, Triethylhexanoin, Zinc Myristate, Hidrogen Dimethycone, Dimethiconol Stearate, Quaternium-15, Synthetic Fluorphlogopite, Methicone, Aluminum Hydroxide.
Saya belum sanggup jelasin kegunaan seluruh materi itu di dalam sebuah blush on sebagai apa. Yang saya agak ngerti, Mica dan Talc itu biasa digunakan dalam kosmetik compact semacam ini. Mungkin materi dasarnya ya. Trus hmm, di sini ada tiga kali nama 'methicone' disebut, tapi dengan kepanjangan yang berbeda-beda dan penempatan yang urutannya nggak barengan. Methicone maupun Dimethicone ini merupakan polimer berbasis silikon. *opo kui maksude?* Intinya mereka yaitu materi silikon, bedanya terletak pada gugus nama ilmiahnya. Kalo yang dulu anak IPA tau kan di pelajaran Kimia tuh ada potongan soal rumus kimia suatu bahan? Nah bedanya kedua 'methicone' ya di rumus kimianya itu. Bahan ini sebenernya berbahaya bila digunakan tanpa perhitungan, tapi masih boleh digunakan asal takarannya di bawah batas yang diperbolehkan. Harusnya pabrik kosmetik sebesar Wardah tau lah ya soal ini jadi saya sanggup katakan produk blush on-nya kondusif dipakai. Toh enggak tiap dikala sepanjang tahun juga kita blush on-an. Ada juga Aluminum Hydroxide. Yang saya pikir kok ini materi obat sakit maag ya :'D, kenapa ada dalam perona pipi? Kalo saya googling sih ini memang sanggup digunakan dalam industri kecantikan, tapi dalam blush on saya belum paham apa fungsinya. Soalnya termasuk ancaman juga materi ini lantaran menyumbat pori. Cumaa, sekali lagi niscaya ada dosis yang boleh digunakan oleh pabrik. Bahan lain saya enggak ngerti. Mohon cari sumber lain aja kalau penasaran.
May contain: CI 77491, CI 77891, CI 77492, CI 77499, CI 77019, CI 77007, CI 15850:2, CI 15850:1, CI 77742, CI 45410:2, CI 15850.
Kode penamaan pewarna-pewarna ini tampaknya tidak aneh bagi saya. Kayak udah sering baca di kemasan kosmetik Wardah juga. Mungkin emang digunakan di eye shadow dan lipstik juga selain blush on. Oh iya, dalam satu kemasan blush on mustahil memuat pewarna sebanyak itu. Makanya ditulis 'may contain'. Makara kan Wardah nggak mungkin boros ngetikin ingredients plus pewarna beda-beda per seri blush on-nya, jadi di-print sama lengkap semua pewarna yang digunakan dalam seluruh seri. Cukup satu kali kerja semua sudah dicantumkan, jadinya efisien. Saya nggak tau yang di seri C ini arahan pewarna berapa yang dipakai, tapi pastilah ada di antara kombinasi aksara dan angka yang memusingkan itu.

Seri D


Ingredients dan keterangan lain sama dengan seri C. Yang beda cuma batch nomor, expired date, dan barcode. Kode pewarna yang digunakan di seri ini juga entah yang mana. Trus yang tadi kadaluwarsanya tanggal 03 07 18, yang ini 10 08 18. Masih setahun lagi dua-duanya. Produk blush on kayak gini katanya tahan 2 tahun bukan ya? Saya belinya sekitar awal tahun lalu, berarti iya. Logo halalnya kecil bingit di sebelah kanan. Wardah ini penggagas kosmetik halal loh, dulu sebelum produk lain gembar-gembor soal kehalalan produk, Wardah udah ngiklanin tagline halalnya. Pertama saya liat pas SD, di satu majalah Islami gitu. Dulu kesannya kayak produk ibuk-ibuk pengasuh pesantren, tapi makin kesini makin eye catching dan merambah ke semua kalangan kok si Wardah. Bahkan kerennya, beliau produk lokal yang paling berinovasi lho kalau ditelusur dari awal kemunculannya.


Lanjut review-nya, kini saya buka kemasan blush on ini. Tutupnya rapat dan kuat, ngebukanya dengan mencongkel tutup ke arah atas. Yaa semacam ngebuka tutup bedak padat gitu tapi ini lebih kuat. Blush on saya yang seri C pernah jatoh, syukurlah kemasannya nggak pecah. Bagian sikunya juga nggak patah walau cuma dirangkain pakai semacam logam kayak di jepit rambut. Setelah dibuka, kita akan menjumpai segaris beling sebagai cermin di balik tutup. Kacanya minimalis sekali dan serasa ogah-ogahan dikasih gitu. Makara semacam pelengkap, supaya ada aja sebagai bawaan. Biarpun mungil seukuran setengah kali tutup, tapi bolehlah digunakan ngaca kalau mau touch up. Itung-itung supaya ekonomis daerah nggak udah bawa beling terpisah. Cuma ya kudu sabar ngaca pakai cermin ini, jangkauan pandangnya terbatas soalnya. buat ngacain pipi aja susah.

Di sisi pasangan kaca, terdapat pan persegi panjang berisi blush on dengan kuas di bawahnya. Pan-nya lebih kecil dari ukuran kaca, isinya dua warna blush on yang digabung tanpa sekat dalam satu kemasan. Ntar saya bahas di bawah soal blush on-nya. Sekarang fokus ke kuasnya dulu. Kecil, bergagang bening dan berujung bulu coklat yang dijepit aluminium. Lumayan kokoh tapi kwecilnya itu lho nggak nahan. Bulunya lembut dan sanggup ngangkat warna si blush on, tapi sayang yang seri D saya sanggup bulu simpel rontok. Kuas-kuas ini hampir tak terpakai di saya lantaran kecilnya. Kurang nyaman aja buat ngaplikasiin blush on ke pipi secara merata dan simetris. Saya lebih milih pakai kuas beli sendiri yang lebih gede. Tapi buat yang belum sanggup beli kuas terpisah, ya pakai ini sanggup kok. Inilah sebabnya produsen kosmetik selalu mengikutsertakan aplikator bawaan ke produk make up yang dijualnya. Karena gini, misal pembelinya saya atau saudara semua yang tinggal tidak mengecewakan terjangkau peradaban di mana toko kosmetik yang lengkap simpel dijumpai, nggak problem nyari kuas lain sendiri. Tapi bayangkan saudara kita yang mungkin (maaf) tinggalnya di desa yang nyari blush on Wardah inipun untung-untungan sanggup di toko kecamatan. Kan belum tentu ada dijual kuas blush on terpisah. Makanya kuas bawaan tetaplah perlu supaya sanggup digunakan untuk nyolek blush on-nya. Yaah makanya saya selalu bersyukur dikasih aplikator bawaan apapun itu dan seminim apapun kualitasnya. Nggak digunakan juga itung-itung buat koleksi, ya kan?

Wardah Blush On seri C dan D ini pigmentasinya cukup bagus. Isinya padat dan tidak mengecewakan kuat, pernah saya jatohin yang seri C tapi enggak hancur semua ^_^ - tapi jangan coba-coba ngebantingin blush on juga sehabis saya bilang gini. Praktis dicolek dengan teksturnya yang powdery. Nggak buttery yang mbubuk banget gitu ya, ini walau menyerbuk tapi nggak separah tepung. Masih kategori nyaman lah versi saya. Biarpun begitu tetaplah hati-hati ya mencolek blush on ini supaya nggak mengotori potongan dalam kemasan. Kalau kau sehiginis saya yang selalu ngelapin kemasan usai digunakan sih ya nggak masalah, tapi kalau malas bersihin kemasan sehabis digunakan ya selamat mempunyai kemasan blush on yang jorok bertaburan warna. Yang seri C lebih pigmented dibanding D. Mungkin lantaran warnanya lebih bright kali ya. Seri C ini isinya warna pink dan peach. Kalau D warna beige dan light brown. Saya sengaja pilih dua seri ini untuk dibeli - Wardah punya empat seri blush on - lantaran saya pikir ya keduanya sanggup dipadukan dengan warna make up apapun nanti. Karena dalam satu seri ada dua warna, otomatis saya sanggup empat warna. Ini sanggup digunakan sendiri-sendiri atau di-mix aja supaya nyampur. Saya selalu pakainya dicampur sih lantaran susah bo nyolek satu warna aja dengan kuas ataupun jari. Pan-nya kecil soalnya. Lagian kalau warnanya di-mix akan lebih bagus berdasarkan saya. Secara gini, contohnya seri C pink-peach. Kalau pink-nya digunakan sendiri terlalu cetar, sementara kalau peach-nya sendiri nggak keliatan. Kalau digabung jadinya soft pink cantik. Begitu juga dengan seri D. Beige-nya terperinci super samar kalau digunakan sendirian, sementara light brown-nya bakal lebih mirip shading ketimbang blush on, makanya bagusan dicampur supaya jadi perpaduan nuansa orange.

Swatch, tapi lupa bikin swatch yang di-mix. Entar eksklusif di pipi aja yaw.

Tuh kan, lebih keliatan pigmented yang seri C, D nya lebih kalem kayak aku. Biarpun saya bilang pigmented, tapi yang namanya blush on ya nggak seheboh eye shadow swatch-nya. Itu yang di lengan tipis aja satu kali colek dan oles. Next, lanjut ke aplikasi di pipi aja yak. Tapi baiknya saya tunjukin dulu muka tak ber-blush on saya hari ini. Diharap jangan kaget lantaran fotonya kurang bagus. Pas poto lagi siang-siang terik soalnya, pencahayaan jadi berlebihan dan ditambah hawa panas yang menciptakan berkeringat, jadi make up saya seolah ketebelan -_-'.

Di foto ini, cuma pakai DD Cream - loose powder tipis - pensil alis - eyeliner biar mata lebih hidup - dan lipstik yang agaknya salah warna. Tadi saya gundah mau pakai lipstik apa, trus kepikirannya coklat jadilah pakai warna ini. Nyambung sih sama kedua warna blush on yang akan digunakan nanti, tapi kalau siang-siang pakai lipstik ini kesannya saya jadi tante banget. Mana di sini potonya kayak di-face app jadi lebh renta lagi, itu alisnya abu-abu. Ngga tau kok sanggup gitu padahal pakai pensil alisnya hitam lho. Kurang tebel kali apa ketumpahan taburan bedak. Saya lupa soalnya bedakan habis make up beres, bukan pas sehabis DD Cream. Iya memang setting powder sanggup digunakan di akhir, tapi harusnya nggak menyentuh alis jugak. Sudahlah.

Seri C

My right cheek is pinkish! Ini saya pakai di pipi kanan, cuma di foto efeknya kebalik kayak dari sudut pandang orang lain. Hasilnya kayak gitu tuh, soft pink yang natural. Bikin wajah saya anti pucat dan bikin keseluruhan wajah jadi sweet. Ngeredam imbas sampaumur lipstiknya juga. Kalau pakainya lebih tipis lagi bakal keliatan semu-semu kayak rona alami. Saya syuka warna ini. Seri C ini sanggup saya pakai di make up sehari-hari maupun bepergian yang agak menor.

Seri D

Seger kan? Pertama saya liat look yang blush on-nya oranjes gini tuh di majalah remaja jaman saya Sekolah Menengah Pertama yang memuat dandanan artis Asia Zhang Zi Yi. Seger gitu. Di saya ini nyambung banget sama warna lipstiknya. Bikin tema make up jadi orange-orange. Ini sanggup digunakan hari-hari atau bepergian juga. Saya kadang pakai seri D juga kalau lagi bosan pakai warna pink. Cuma seri ini tuh harus hati-hati diaplikasikan. Soalnya warna orange-nya agak skin-like di saya. Hampir mirip warna orisinil kulit kalau nggak dibedakin gitu. Iya kulit saya nggak oranye, tapi kalau contohnya pakai foundation/DDC/bedak otomatis lebih terang kan? Nah warna seri D ini jadi mirip warna kulit yang nggak kena cover-an foundation/DDC/bedak. Saya nggak tau kok sanggup gitu, padahal kalau digunakan eksklusif di kulit wajah yang nggak dipakaiin foundation/DDC/bedak warnanya beda lho. Mungkin imbas sugesti atau tipuan mata aih lu pikir sulap aja kali ya. Karena skin-like itu tadi kalau pakainya nggak hati-hati kesudahannya malah kayak cemong di pipi saya. Seolah pakai foundation/DDC/bedak-nya nggak rata dan nggak nutup semua padahal bukan. Kalau makainya pas di tulang pipi gres cantik. Kadar ketebelan juga ngaruh. Kalau yang seri C lantaran warnanya pink jadinya walau tebel orang tetep ngeh bahwa itu blush on, kalau orange ini misal ketebelan saya jadi kayak hiperpigmentasi di wajah. Oh iya, warna seri D ini sanggup buat contour juga lho saya rasa.

Kalau dibandingin, nggak sanggup sih sebenernya mengingat pilihan warna blush on itu sangat subjektif. Nih saya kasih liat perbandingan pipi kanan dan pipi kiri. Cocok yang mana? Beda-beda kan opininya. Intinya, kalau milih warna blush on, sesuaiin sama warna kulit dan warna make up lain yang digunakan juga. Nah warna make up-nya nyesuaiin lokasi dan warna pakaian yaa.

Kalau dipikir-pikir sih, saya lebih sering pakai seri C daripada D. Bukannya pilih kasih, tapi blush on pink enggak pernah salah digunakan lantaran lebih natural buat aksen pipi merona. Yang orange kadang digunakan kalau pas tema make up-nya earth tone. Tapi dua-duanya saya puas kok. Pigmentasinya cukup oke, teksturnya pas, nyaman diaplikasikan, dan nggak bikin break out di kulit. Saya pakai kedua blush on ini udah setaunan, dan nggak ada riwayat mendadak bisulan akhir pakai blush on Wardah di pipi. Kesimpulannya, aman!

Staying power-nya gimana? Ini kan finishing-nya matte, jadi nggak simpel hilang sih. Cuma untuk berapa lamanya saya nggak ngukur. Yaa kalau pas make up-an lengkap, selama bedaknya belum luntur selama itu pula si blush on masih bertahan. Saya paling usang pakai paling 6-8 jam sehari contohnya pergi seharian. Kalau memudar, tinggal touch up ;) - tapi jarang bingit atau malah belum pernah saya touch up blush on. Praktis dibersihkan nggak? Mudah. Pakai make up remover, micellar water, milk cleanser, ataupun face wash langsung sanggup higienis kok.

Untuk yang tertarik beli Wardah Blush On, ini sanggup ditemukan dengan simpel di counter-counter Wardah yang sudah marak di mana-mana. Bingung nentuin pilihan warna? Cobain tester-nya dongg. Ada satu tips sih, kalau undertone kulitmu warm, pilih warna semacam seri D. Kalau cool, pilih warna kayak seri C. Tapi teknik ini nggak selalu berlaku sih. Contohnya di saya. Rata-rata kulit Indonesia tuh undertone-nya warm, tapi saya masih ngeyel kalau undertone kulit saya itu cool. Makanya saya selalu pilih warna-warna masbodoh juga, tapi tetep sanggup pakai warna hangat lho. Nah?!

Notes:
+ kualitas cukup bagus
+ halal
+ no break out
- beling dan kuas bawaannya minimalis banget
Share This :
Johan Andin