MASIGNCLEAN101

[Experience] Aku Dan Pantai

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf kalau kuat pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Tadinya postingan ini akan saya juduli Dessy si Gadis Pantai kemudian nggak jadi alasannya ialah dibacanya terlalu alay, seolah-olah judul film yang agak-agak saru gimana gitu. Sebenernya saya nggak punya korelasi khusus dengan pantai atau lautnya, juga bukan pecinta tamasya ke pepantaian. Saya lebih suka gunung, hutan, atau kebun-kebun bahkan sawah yang memberi pandangan kehijauan. Tapi yha gimana, rumah saya itu bersahabat pantai, jadi mau nggak mau saya niscaya ada event yang lokasinya di pantai. Selain itu, tempat wisata di daerah saya dan sekitarnya yang populer dan gampang dijangkau juga pantai lagi, jadi suka tak suka saya niscaya pernah lebih dari sekali berwisata ke pantai. Bahkan di blog ini sudah tiga kali saya membahas soal rekreasi ke pantai.

Termasuk h+7 lebaran Idul Fitri lalu, saya ngikutin sebuah program syawalan yang diselenggarakan di sebuah rumah makan tepi pantai Goa Cemara. Di mana itu? Ya tolong manfaatkan kecanggihan teknologi google maps untuk mengetahuinya. Goa Cemara itu nama sebuah pantai yang nggak jauh dari rumah saya. Cuma sekitar tiga kilometer jaraknya atau dapat ditempuh dengan waktu sekitar sepuluh menit saja naik kendaraan bermotor. Kalo jalan kaki lain dongeng lagi.

Dulu banget, pas saya masih SD, pernah juga beberapa kali menyambangi Pantai Goa Cemara. Tapi waktu itu nama pantainya bukan Goa Cemara, nama ini gres digunakan sekitar lima atau enam tahun belakangan tepatnya ketika saya Sekolah Menengan Atas sesudah daerah pantai mulai dirombak penampilannya. Kenapa dinamakan Goa Cemara? Sebab dulu di tepian pantai buanyak banget pohon cemara rimbun berderet-deret yang tengahnya dapat kita lewatin kayak goa gitu. Sayang kini pohonnya sudah banyak yang dipangkasin hingga tinggal dikit jadi nggak seolah-olah goa lagi. Alasan pemangkasannya ialah alasannya ialah banyaknya tindak tanduk kurang pantas yang dilakukan kids jaman now di balik rimbunnya dedaunan cemara tersebut. Walau kini formasi pohon cemara tersebut sudah nggak seolah-olah goa lagi, tapi nama pantainya nggak diubah.

Saat saya kesini lebaran kemudian itu, sudah buanyak banget perubahan yang terjadi pada pantai Goa Cemara. Saya memang sudah usang nggak ke sini. Setelah waktu SD itu memang sempat ke sini lagi nggak cuma sekali tapi udah lupa kapan. Pas ke sini, agak kaget ternyata pantainya tambah rame dan makin bagus. Penataan tempat juga cukup rapi. Pertama masuk dari jalan raya, saya sudah disambut semacam gapura bertuliskan nama pantai dan patung selamat tiba (?) berbentuk kura-kura. Hampir semua pantai di daerah Bantul memang kini dikasih gapura semacam ini dan jadinya jadi spot hits para alayers pemburu like untuk sekedar berfoto di depannya. Kayak saya.

Terus jalan dari gapura, saya melewati formasi rumah makan ikan sebelum hingga ke lokasi parkir. Kebanyakan rumah makan ini dikelola oleh penduduk sekitar pantai. Acara syawalan yang saya hadiri juga diadakan di salah sebuah dari rumah makan tersebut. Nah dari parkiran yang saya sebut tadi, udah deket kalo mau jalan ke maritim atau sekedar menyusuri pantai. Ada jalan setapak yang dapat dilewatin. Capek jalan? Bisa sewa ATV untuk dinaiki. Biayanya saya nggak tahu berapa. Bisa sewa kuda juga kok kalau mau lebih natural. Kudanya jinak plus ada pawangnya juga untuk menemani kau yang newbie dengan binatang tunggangan. Biaya sewa kuda cuma 30 ribu rupiah, tapi saya nggak tanya itu untuk waktu berapa menit. Saya nggak naik sih jadi nggak tanya-tanya. Saya anaknya ekonomis dan sehat, jadi cukup jalan kaki hingga ke pantai. Saran saya, kalau mau jalan kaki lebih yummy nyeker. Tapi kalo kau orangnya jyjycan kalau musti jalan tanpa ganjal kaki, pakailah sandal yang mudah dan nyaman. Kenapa? Biar gampang jalan dan gampang bersihin ganjal kakinya nanti. Ke pantai artinya bersentuhan dengan pasir yang kadang lengket kalau berair jadi pada nempel ke ganjal kaki. Kalau pakenya high heels pasti keceblok, kalau pake sandal dengan beruntai-untai hiasan selain susah jalannya juga ribet bersihinnya nanti. Itu pelajaran pertama dari saya untuk ke pantai ya. Saya waktu itu untung pakai flat shoes jadi masih cukup nyaman untuk berjalan kaki di atas pasir. Tapi jadinya tetep saya lepas dan nyeker aja alasannya ialah lebih yummy gitu, lebih berasa ke pantainya kalo kaki nyentuh pasir.

Pasir di pantai seluruh Bantul berwarna hitam. Beda sama pasir putihnya pantai sepanjang Gunungkidul. Pasir hitam ini merupakan material yang sering ditambang untuk gabungan semen pembuat materi bangunan. Beberapa pantai sekitar Goa Cemara pernah mengalami pengikisan alasannya ialah banyak pasirnya yang longsor, saya nggak tahu tanggapan ditambang juga atau tidak.

Buat saya, pasir pantai Goa Cemara ini masuk kategori halus untuk dipijak. Artinya nggak bikin sakit telapak kaki. Trus tidak mengecewakan higienis juga jadi nggak sering nginjak sampah pas jalan. Sambil jalan ke tepi laut, sana nemuin beberapa bahtera nelayan penangkap ikan sedang berlabuh. Kayaknya mereka melaut pas malem. Saya kesitunya pagi waktu itu. Sebelum hingga tepi pantai, duduk-duduk dulu lah ya. Saya jalan ke sini bareng adek saya, tapi ia nggak saya ajakin foto :P.

Bosen duduk-duduk, saya beranjak jalan ke tepi laut. Biasanya saya agak males kalau mesti kena air laut, tapi kali itu lagi pingin aja. Pas pagi, ombak tidak mengecewakan kenceng. Saya sempet beberapa kali kena ombak gede hingga nyaris keikut. Makanya kalo mau main air di tepi maritim jangan terlalu ke tengah berdirinya. Jangan berenang juga ke tengah maritim kalo ada peringatan dilarangnya. Salah-salah terbawa arus ke negara lain kan resah nanti. Di sini saya kurang paham ada penjaga pantainya atau nggak untuk ngawasin pengunjung baik yang di pantai maupun yang ke laut.

Efek kena ombak tuh bikin seger jiwa dan raga, hahaha. Tapi sayang alasannya ialah saya pas ke sini pakainya celana panjang yang susah digulung jadi potongan bawah celana saya berair hingga ke lutut. Pelajaran kedua ketika ke pantai, pakailah pakaian yang sesuai dan nyaman. Jangan salah kostum semoga lebih yummy main di pantainya dan lebih nyaman juga pede. Soal pilihan outfit-nya, menyesuaikan dengan eksklusif masing-masing ya.

Saya nggak usang main-main air alasannya ialah keburu dinantikan untuk ikut program syawalan. Makara balik jalan lagi ke rumah makan dan terpaksa syawalan dengan celana berair -_-'. Tadi pas berangkat enggak niatin bakal main air jadi nggak bawa ganti. Pelajaran ketiga, bawalah pakaian ganti kalau memang ingin bermain air maritim di pantai. Kalaupun nggak ada program lagi di pantai sesudah basah-basahan, pakaian yang kering dapat digunakan ketika pulang.

Saat jalan kaki baliknya ini saya ambil rute berbeda dengan pas berangkat ke tepi lautnya tadi. Kalau tadi lewatnya jalan setapak yang melewati penyewaan kuda, kini lewat kelompok-kelompok pohon cemara yang masih tersisa. Di bawah rumpun cemara ini kadang ada flora liar yang bunganya berbentuk lingkaran berduri-duri. Dulu waktu kecil saya sering bawa bunga duri kering pulang. Di rumah dibakar kayak kembang api :D. Kali ini saya nggak ngambil alasannya ialah pas nggak nemu. Lagian habis itu saya masih syawalan juga. Kan nggak lucu kalo sambil bawa-bawa bunga kering berduri.

Setelah ngelewatin pepohonan cemara, tembusnya ke jalan setapak yang tadi juga :D. Sepanjang jalan ini buanyak penjual jajanan lho. Saya sempet beli cilok sama es krim. Rasanya yummy kok, mungkin alasannya ialah laper. Kalau mau makan berat, tinggal singgah aja ke rumah makan yang tersedia. Banyak pilihan kok :).

Ah kayaknya udah segitu aja dongeng ke pantai saya :). Pantai ternyata menarik juga untuk dikunjungi. Bukan tempat wisata favorit saya tapi tetap layak untuk disambangi dan saya nggak kecewa kok tiba ke sini. Tertarik ke Pantai Goa Cemara? Silahkan kunjungi aja, untuk lokasi searching sendiri ya. Oh iya, kalau pelesir ke pantai jangan lupa pakai sunscreen atau sunblock yaa biar kulit tetap sehat. Salam pantai!
Share This :
Johan Andin