MASIGNCLEAN101

[Experience] Keraton Kasunanan Surakarta - Wisata Budaya Di Kota Solo

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jikalau besar lengan berkuasa pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Waktu SD, sekolah saya pernah ngadain karyawisata. Nah, biasanya tujuan karyawisata anak SD zaman old itu yakni wisata budaya, yang berarti keraton termasuk salah satunya. Keraton yang pertama saya kunjungi dulu yakni Keraton Kasultanan Yogyakarta, yang nggak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Saya masih ingat bener waktu itu gimana program piknik kami, yang selain mengunjungi beberapa cuilan keraton juga masuk ke museumnya sambil ditemani mbak pemandu wisata yang keren banget cara bicaranya berdasarkan saya waktu itu. Itu udah usang banged, alasannya jaman saya SD yakni abad awal milenium, yang mana dua digit angka buat tahunnya sudah jadi '20-' :D. Nah ngomongin soal keraton, di Pulau Jawa tempat saya berpijak ini ada beberapa keraton yang jadi objek wisata budaya maupun sejarah. Selain Keraton Yogyakarta yang pernah saya kunjungi, salah satu lainnya yakni yang saya kunjungi ahad lalu, Keraton Kasunanan Surakarta!


Beda lokasi, keraton kedua yang saya kunjungi letaknya ada di kota asal bapak presiden, Surakarta. Lebih familiar disebut Solo sih ya. Keraton ini merupakan istana resmi Kasunanan Surakarta yang didirikan oleh Susuhunan Pakubuwana II pada tahun 1744. Berarti hingga kini sudah renta juga ya umur bangunannya. Kompleks bangunan ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga istana namun juga sanggup dikunjungi beberapa bagiannya sebagai objek wisata. Lokasinya nggak jauh dari sentra kota, tepatnya ada di Baluwarti, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kalau kau termasuk orang yang usang tinggal di Solo, niscaya tahu nih jalan menuju keraton. Deket Pasar Klewer, deket Benteng Trade Center.

Pas saya kesana, hari masih pagi tapi wisatawan yang berkunjung sudah tidak mengecewakan banyak jadi suasananya rame. Saya masuk dari jalan di bersahabat benteng, yang merupakan sebuah gang untuk menuju ke pelataran depannya. Begitu masuk gang, eksklusif deh hingga ke pelataran luas yang masih jadi jalur umum. Di sini ada beberapa penjual masakan dan minuman ringan, plus sejumlah tukang becak berjajar menanti penumpang. Yang saya seneng, semua orang yang saya jumpai di pelataran depan keraton ini tuh ramah-ramah banget :). Bahkan ada bapak-bapak gapyak yang pake baju lurik dengan bahagia hati menjelaskan ke saya area-area di sekitar, termasuk pintu masuk menuju objek wisata kraton.

Dari pelataran sini sanggup dilihat sisi depan keraton yang merupakan satu bangunan panjang dengan dominasi warna putih biru. Kesannya simpel, bersih, dan adem :). Di tengah bangunan ada pintu utama yang cuilan depannya diberi semacam anjungan berwarna biru juga. Nah, sisi ini paling menarik diperhatikan. Pada cuilan atapnya terdapat goresan anggun dengan motif khas Jawa. Ukiran ini rumit di tengah dengan tepian berupa kepala naga di kedua ujungnya. Di bawah atap ukiran, terdapat aula luas yang teduh dengan empat tiang utama penyangga yang terlihat terang dari depan.

Memasuki aula, menjorok ke dalam terdapat teras berujung pintu depan yang dijaga dua abdi dalem keraton yang bertugas sebagai prajurit. Keraton Kasunanan Surakarta punya gugusan beberapa kelompok prajurit yang disebut bregada. Kelompok yang menjaga pintu depan ini dinamakan Prajurit Prawira Anom. Seragamnya berupa pakaian adab Jawa warna hijau, lengkap dengan kain batik dan pedangnya - kurang paham orisinil atau properti. Prajurit yang menjaga pintu ada dua personil, namun di meja sisi kiri aula terdapat beberapa anggota lain yang mungkin juga bertugas secara bergiliran. Beliau-beliau ini semua mengenakan seragam yang sama dan ramah-ramah banget terhadap pengunjung. Bawaannya kalo kesini hati jadi ayem deh dan mendadak cara ngomong juga jadi lebih halus penuh sopan santun, hehehe.

Setiap turis atau pengunjung yang mau berfoto dengan bregada Prajurit Prawira Anom diperbolehkan mengambil gambar sebanyak tiga kali. Jarak pengambilan foto maksimal yakni dari depan keset biru, ngga boleh hingga nginjak keramik. Mungkin alasannya supaya teras keraton ini tetap higienis yaa. Nah sehabis berfoto, kita dibutuhkan mengisi uang sukarela di meja sebelah kiri tadi. Besarnya nggak ditentukan kok. Di meja ini saya sekalian tanya-tanya sama prajurit yang jaga perihal objek wisata di keraton. Sayang banget pada hari saya datang, tempat wisata keraton sedang ditutup alias tidak mendapatkan pengunjung dengan alasan internal yang tidak dijelaskan. Kaprikornus saya nggak sanggup masuk deh. Agak kecewa memang, tapi yasudahlah masih sanggup kembali lain waktu. Toh deket, apalagi saya kini lebih banyak stay di Solo :).

Daripada eksklusif pulang begitu saja, alhasil saya putuskan untuk melihat-lihat cuilan depan keraton ini saja. Menarik juga kok. Di depan aula berfoto tadi ternyata ada patung kerikil hitam yang membawa gada, simbolisnya semacam penjaga juga. Ada dua jumlahnya, di sisi kanan maupun kiri tiang-tiang biru terluar. Bentuk patung ini agak sangar, mungkin kalo orang Jawa nyebutnya 'buto' ya. Itu loh sebutan untuk raksasa dalam bahasa Jawa. Lalu, sehabis puas mengamati patung - entah dibentuk tahun berapa - saya menyusuri sepanjang selasar kiri kanan aula. Di sini cuma ada pintu-pintu biru tertutup. Pintunya besar-besar, dan saya nggak tahu apakah sering dibuka atau selalu dibiarkan tertutup menyerupai dikala itu. Pintu-pintu ini juga dihias dengan goresan pada cuilan atasnya.

Saya nggak usang jalan-jalan di sana, habis itu kemudian pulang deh alasannya ternyata hari sudah menjelang siang dan matahari mulai terasa menyengat. Mungkin lain kali sanggup balik ke sini lagi alasannya saya pingin banget masuk ke keraton dan sekalian mengunjungi museumnya :). Ada yang sudah pernah main ke Keraton Kasunanan Surakarta juga? Share yuk ceritanya!
Share This :
Johan Andin