MASIGNCLEAN101

[Experience] Jalan-Jalan Pagi Di Kebun Buah Mangunan

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf kalau besar lengan berkuasa pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Hari ahad lalu, saya sanggup kesempatan mengunjungi tempat KKN saya dulu. Sekitar tahun 2013 kalau nggak salah, saya semester lima atau enam waktu itu, kampus saya mengadakan kegiatan ke desa. Di perguruan kami disebutnya praktek komunitas, tapi lebih gampangnya sebut KKN aja lah. Nah lokasi yang kelompok saya dapatkan waktu itu ialah di desa Mangunan. Jaman itu tempatnya masih sepi banget. Jalan yang menyusuri desa maupun jalan saluran ke luar wilayah walaupun sudah diaspal tapi masih sangat sedikit yang lewat, paling hanya warga sekitar atau penduduk luar yang mencari jalur alternatif. Nyaris dua bulan saya di sana, sepinya belum banyak berkurang. Lewat jam tujuh malam, udah nggak ada orang berkeliaran di jalan. Sunyi sepi lah. Rada ngeri makanya kalau malam-malam atau pagi buta lewat daerah ini.

Satu-satunya yang agak ramai cuma kebuh buah yang terletak di puncak desa. Kenapa saya bilang puncak? Soalnya memang kawasannya di dataran tinggi. Kebun buah ini di tahun itu sudah merupakan agrowisara namun masih terbilang belum cukup terkenal. Isinya gres beberapa bidang tempat penanaman pohon, dan sebuah spot berpagar untuk melihat ke bawah yang kalau melongok akan nampak rimbun kehijauan disela jalur sungai yang coklat *saya gres ngeh namanya gardu pandang*. Saya ada fotonya dulu tapi hilang di memori laptop lama yang mati. Sejak KKN itu, saya sempat satu kali lagi ke Mangunan tapi setelah itu nggak pernah lagi. Sampai hari ahad kemarin, itu pertama kali saya ke sana setelah selang empat - atau lima - tahun nggak pernah berkunjung.

Ternyata perubahannya buanyak banget! Saya tidak mengecewakan kaget dibuatnya. Memang sebelum tiba saya udah sering liat foto-foto di banyak sekali feed instagram soal wisata di Kebun Buah Mangunan, tapi begitu liat sendiri lebih keren lagi. Saya ceritain ya pengalaman saya berkunjung ke sana. Mulai dari berangkatnya ;P! Mangunan ini deket sebenarnya dari rumah saya di Bantul, tapi berhubung saya kini banyakan tinggal di Solo, jadi ahad itu juga dari Solo berangkatnya. Janjian sama temen saya untuk ke sana bareng, ketemuan di jalan. Saya maunya ke Mangunan pagi biar suasananya belum terlalu ramai dan udaranya lebih segar. Berangkat jam lima subuh deh dari Solo. Lewatnya Prambanan ke kiri, ikuti jalan hingga Piyungan ambil kiri lagi terus hingga Patuk belok kanan ikut petunjuk jalan niscaya bakalan sampai, kalo nggak ya andalkan aplikasi maps. Jalannya aspal samai ke tujuan, tidak mengecewakan halus kok walau waktu itu rada becek bekas tanah dari ban kendaraan lain akhir hujan malam sebelumnya. Perjalanan dari Solo sekitar dua jam, cukup jauh ya. Tapi kalau berangkat pagi ngga terlalu berasa capek kok alasannya ialah jalanan lengang dan udara sejuk membangunkan otak. Sampai sana sekitar jam tujuh pagi, dan itu sudah cukup ramai walau belum terlalu padat.

Tujuan saya ke Mangunan ini nggak cuma mau ke kebun buah, ada beberapa destinasi wisata lain yang searah, tapi yang pertama dikunjungi ya kebun buah. Biaya retribusi dan parkir yang dikelola penduduk serta perjaka lokal ialah Rp. 6.000 per individu. Begitu hingga saya pribadi menuju ke spot utama, gardu pandang yang berpagar tadi. Serasa nostalgia deh! Di sini udah ramai pengunjung. Makara tempatnya ialah sebuah turunan bertangga, dengan beberapa kotak semen berisi tanaman bunga dan daun-daunan berwarna, trus di ujung ada pagar dibuat menyerupai batang kayu walau bahannya semen. Dulu bebungaan yang saya lewatin belum ada, gres pagar aja dan beberapa blok kosong. Sekarang udah jadi taman malahan. Melihat ke bawah dari pagar, di bawah masih nampak alur sungai coklat yang menyerupai es capuccino sama menyerupai dulu, namun yang bikin beda ialah daerah kehijauannya berkurang :(. Peringatan, untuk kau pembaca blog ini yang tertarik ke Mangunan dan kebelet mau hits dengan selfie di pagar, awas berhati-hatilah alasannya ialah di sini rada licin, dan ingat jangan pernah manjat-manjat pagar. Bahaya, elu sanggup kepeleset tertungging ke bawah dan remuk berkeping-keping sehingga tidak sanggup main instagram lagi. Jangan melongok terlalu dalam ke bawah juga, takutnya njlungup dan tidak tertolong. Foto boleh tapi jangan abaikan keselamatan, okay?

Udara di sini seger banget, ngga ada cemaran polusi gitu, dan pas saya hingga di sana matahari udah mulai menghangat jadi rasanya nyaman. Ngomong-ngomong, saya kurang paham letak kebun buahnya yang pas di sebelah mana alasannya ialah cuman ngunjungin spot taman ini aja. Dulu kalo nggak salah kebun buahnya ada di atas, lebih ke kiri dari taman ini. Waktu itu sempet metik salak soalnya pas KKN, dan nyari buah-buahan lain bareng cukup umur sekitar. Saya nggak eksplor lebih jauh lagi kini alasannya ialah segera saja pengunjung bertambah ramai, dan sobat saya ngajak pindah lokasi. Makara kami naik tangga kembali ke atas. Saya sempet berharap ketemu penduduk yang saya kenal waktu KKN dulu, atau siapalah gitu sobat lama, tapi sayang nggak berjumpa satu pun. Kayaknya kebanyakan yang tiba berwisata ke sini tuh warga dari luar kota.

Naik kembali lewat tangga, kami melewati beberapa spot foto yang dibuat oleh warga lokal. Spot ini kebanyakan berupa gardu pandang di atas pohon, dibaut dari kayu dan atap rumbia - atau apakah itu jerami - yang kalau kau naik dan difoto dari angle yang sempurna akan nampak seolah berada di ketinggian nun jauh di atas, padahal aslinya nggak tinggi-tinggi amat. ya palingan dua meter lah dari tanah. Saya nggak foto di situ alasannya ialah antrinya tidak mengecewakan banyak dan nunggunya usang alasannya ialah kebanyakan wisatawan nggak puas hanya dengan satu dua kali cekrek. Yaudah deh lanjut ke tempat lain aja, nanti saya update di pos berikutnya ya :)!
Share This :
Johan Andin