MASIGNCLEAN101

[Experience] Menyambangi Pantai Wediombo, Pantai Berbatu Di Gunungkidul

[Semua foto aku sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf bila kuat pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Saya sudah beberapa kali jalan-jalan ke pantai yang ada di Gunungkidul, tapi alasannya ialah saking banyak pantainya jadi belum semua dapat lengkap aku datangi. Kali ini, aku mencoba mencapai pantai yang letaknya cukup jauh - kalau aku sih bilangnya lebih timur, tapi ngga tau arah yang sempurna bergotong-royong mana - yaitu Pantai Wediombo. Dari Puncak Becici, aku kembali lewat jalan ke Patuk, kemudian lurus hingga ke Wonosari, ambil arah Playen, dan belok kanan mengikuti plang ke pantai. Di Wonosari, aku sempat mampir makan siang alasannya ialah waktu itu sudah jam setengah dua belas. Makan siangnya di warung bakso sebelah gedung serbaguna, aku sudah dua kali ini makan di sana. Baksonya enak, dan ada bakso goreng yang renyah gurih tersedia - tapi sayang bakso goreng ini menciptakan bracket saya terlepas lemnya -_-.

Setelah kenyang, gres deh perjalanan ke pantai dimulai. Lumayan jauh dari sentra kota Wonosari, Pantai Wediombo ini membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan untuk mencapainya. Untung jalannya rata walau sedikit berkelok-kelok. Saya beruntung alasannya ialah di hari ahad aku jalan-jalan itu cuaca sangat mendukung, langit cerah berawan, dan tidak hujan hingga sore aku pulang. Ini beruntung lho dikarenakan kini demam isu hujan dan semalam saja habis hujan deras.

Perjalanan panjang berakhir di pantai juga. Tipikal pantai di Gunungkidul ialah pasir yang putih dan lembut. Tentu saja ini bukan jenis pasir yang biasa ditambang untuk materi bangunan, jadi pantainya bebas dari erosi akhir kekurangan pasir. Sampai di pantai, matahari sedang panas-panasnya, dan aku pribadi berjalan ke arah maritim bersama sobat aku yang setia mendampingi ke mana-mana. Pantai Wediombo punya maritim yang batas dengan pantai berpasirnya cuma sedikit. Kaprikornus deket banget ke airnya. Di sini juga ada kolam renang alami, tapi aku nggak ke sana alasannya ialah nggak bawa baju renang plus tydac dapat berenang -_-.

Berbeda dengan pantai-pantai lain yang pernah aku kunjungi, Pantai Wediombo ini mempunyai banyak kerikil bersebaran. Batunya gede-gede hingga dapat untuk tiduran, dan dapat untuk mangkal para pemancing. Kalau nggak mau menjelajah batu, dapat nyebur ke maritim asal nggak jauh-jauh. Laut di sini airnya coklat menyerupai air sungai, nggak biru kehijauan tipikal maritim Dewa Poseidon. Alasannya mengapa menyerupai itu mungkin alasannya ialah batas maritim dengan pasir terlalu dekat, atau alasannya ialah jenis pasirnya putih, atau entah alasannya ialah apa. Biarpun nggak biru airnya segar juga kok. Ombaknya kecil dan tipis-tipis, bukan karakteristik ombak ganas maritim selatan di deket rumah saya.

Bosan pepanas di bebatuan, aku duduk-duduk di tikar sewaan bawah pohon yang tarifnya Rp. 10.000 enggak tahu untuk berapa jam. Tadi retribusi masuk plus parkirnya per orang Rp. 5.000, tapi kalau memakai kamar mandi harus bayar Rp. 2.000 lagi. Dari tikar sewaan ini, aku melanjutkan menyusuri pantai semakin ke timur agak serong ke tenggara - tampaknya - menuju area yang lebih dangkal dan sedikit ombaknya. Pasirnya makin usang makin berbatu kerikil, dan ada sisa-sisa cangkang kerang kecil. Saya langkah kaki di bawah sebatang pohon rindang - heran lho pohon ini dapat tumbuh besar juga di wilayah pantai. Di area ini banyak terlihat ikan-ikan kecil berenang di tepi laut. Sekitar satu setengah jam di pantai, hari sudah berada di kira-kira pukul dua siang. Sinar matahari mulai tidak sepanas sebelumnya, dan aku memutuskan untuk pulang. Perjalanan kembali ke Solo masih jauh sob. Kaprikornus inilah selesai perjalanan wisata hari ahad saya. Sudah mengunjungi empat objek wisata, dan semuanya menyenangkan :). Januari aku jadi penuh pengalaman piknik, yang sangat baik untuk kesehatan jiwa dan raga. Nah sekian dulu ya kisah piknik ahad saya, jangan lupa baca kisah sebelumnya!

Share This :
Johan Andin