MASIGNCLEAN101

[Beauty Talk] Dialog Seputar Skincare

[Semua foto aku sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf kalau kuat pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Hola! Selamat bulan baru beauties :). Kembali lagi di pos awal bulan yang bertepatan dengan hari libur dan pengumuman kenaikan harga BBM non subsidi. Sekarang udah Juli aja ya tahu-tahu. Tahun ini bagi aku waktu cepat sekali berlalunya. Wow padahal perasaan gres kemarin aku ngerayain tahun baru. Di awal bulan yang sudah pertengahan tahun ini guys, dipikir-pikir nasib aku tidak ada perubahan berarti. Apalagi soal jodoh, tak kunjung datang. Huhuhu betapa malangnya nasib aku T_T. Tapi tentu saja tyda perlu ditangisi, jadi sebaiknya menghibur diri saja dengan menulis pos pertama di bulan ini.

Tema kita di awal bulan ini yaitu pembicaraan mengenai kecantikan. Tadinya aku galau mau nulis wacana skincare routine atau topik lain. Tapi jadinya ke topik lain, yaitu sesuai judul di atas. Soal skincare routine, belum mau nulis dulu deh. Soalnya aku tuh plin plan anaknya gonta ganti rangkaian skincare mulu. Makara nanti udah ditulis lengkap, eh taunya aku ganti produk. Cuma memang yang namanya skincare seumur hidup tentu satu orang nggak akan pakai satu kombinasi itu-itu melulu aja produknya. Pasti ganti-ganti juga ketika dirasa ada yang lebih bagus, lebih cocok, lebih sreg. Makara mungkin kelak aku akan nulis skincare routine yang di-update setiap ganti. Hari ini, nulis hal-hal seputar skincare aja dulu.

Pertama, aku mau ngebahas soal pemilihan sabun yang sesuai untuk jenis kulit kering. Kenapa ngobrolin soal ini? Karena aku tuh termasuk orang yang kulitnya kering dan agak pemilih untuk urusan sabun. Yang aku maksud di sini yaitu sabun tubuh ya. Dulu, aku sempat galau antara mau pakai sabun batang atau cair untuk kulit kering. Nyari-nyari info sebelum beli sabun, sanggup dua pendapat berbeda. Yang pertama menyampaikan bahwa kulit kering bagusnya pakai sabun batang aja. Pendapat lain menyebutkan kalau penggunaan sabun cair lebih baik bagi kulit kering. Makara manakah yang benar? Kita bahas satu persatu.

Sabun batang dibentuk dari materi pembersih - biasanya berjulukan sodium hydroxide. Bahan tersebut berkhasiat untuk membersihkan kotoran yang menempel pada kulit, namun sayang efeknya yaitu menciptakan kulit menjadi kering. Saya sudah mencoba menggunakan sabun batang, dan balasannya bagi aku memang tidak cocok untuk jenis kulit kering alasannya sehabis mandi mengakibatkan kulit terasa kesat dan bergurat kalau digores. Tapi bukan berarti kita bisa pukul rata semua sabun batang niscaya mengeringkan kulit. Sebab, ada kok sabun batang yang banyak kandungan emollient atau moisturizer-nya untuk melembapkan kulit. Saya bisa menentukan sabun yang menyerupai itu. Selain itu kalau pemilik kulit kering ingin menggunakan sabun batang, bisa juga mencari sabun tidak terlalu banyak mengandung alkali semoga lebih ramah bagi kulit.

Kalau sabun cair, biasanya lebih tidak mengeringkan kulit dibanding kalau pakai sabun batang. Soalnya rata-rata sabun cair memang sudah dikasih materi pelembap di dalamnya. Ini sudah aku buktikan sih. Sejauh aku mencoba aneka macam jenis sabun, rata-rata sabun cair sehabis digunakan tidak meninggalkan kesan kesat dan kering pada kulit. Meskipun demikian tetap ada juga sabun cair yang efeknya kering. Sebenarnya semua sabun tuh fungsi utamanya yaitu membersihkan kulit, namun dari proses pencucian ini bisa juga ikut mengangkut minyak alami yang terdapat pada kulit. Makanya bisa aja semua jenis sabun mengeringkan kulit, soalnya tergantung pada materi yang ada di dalamnya apakah memang berefek mengeringkan atau tidak. Makara pada dasarnya mau sabun batang ataupun cair, sama-sama bisa digunakan oleh jenis kulit kering, namun pastikan dulu varian dan kandungan di dalamnya. Pastikan sabun tersebut berlabel moisturizing untuk menjaga kulit senantiasa berair walau sehabis mandi. Pilihan lain, mandinya jangan pakai sabun. Eh ada lho produk skin cleanser yang bebas sabun, walau memang harganya jauh lebih mahal ketimbang sabun.


Topik kedua soal SPF. Sebagai orang yang tinggal di negara tropis, kasus menggunakan produk tunjangan terhadap sinar UV menjadi suatu hal penting dan sering digembar-gemborkan di semua media kecantikan. Dari sini berkembang sebuah pendapat, bahwa SPF tinggi berarti tingkat perlindungannya tinggi dan SPF rendah berarti sebaliknya, sehingga menggunakan sunscreen dengan SPF tinggi lebih bagus dibanding SPF rendah. Yang oke sama pendapat ini buanyak. Awalnya aku juga. Tapi lama-lama aku ngelihat kok banyak juga produsen sunscreen yang ngasih SPF rendah aja di produknya. Apakah sama saja sebetulnya SPF tinggi maupun rendah tingkat perlindungannya? Kemudian aku baca-baca hingga nemu penjelasannya.

SPF adalah abreviasi dari Sun Protection Factor, yang merupakan ukuran seberapa baik suatu produk sanggup melindungi kulit dari sinar UVB. UVB aja ya, soalnya kalau UVA itu yang bisa menangkal yaitu PA. SPF mempunyai aneka macam angka labeling, contohnya saja SPF 15, SPF 30, SPF 50, dan sebagainya. Angka ini mengacu pada berapa usang sunscreen tersebut sanggup bertahan melindungi sehabis dipakai. Selain itu, angka ini juga membedakan seberapa besar tunjangan sunscreen, walaupun sesungguhnya antara angka satu dengan yang lain tidak terlampau jauh bedanya. Sebagai perbandingan,  SPF 15 bisa menahan hingga 93% UVB, SPF 30 97% UVB, dan SPF 50 98% UVB. Tuh kan nggak jauh beda tingkatnya.

Karena perbedaan kemampuan melindungi dari sinar UVB yang tidak terlalu signifikan, maka sesungguhnya menggunakan sunscreen dengan SPF rendah contohnya SPF 15 atau SPF 30 saja sudah cukup, asal dengan jumlah pemakaian produk yang sesuai. Maksudnya jangan pakai terlalu tipis, justru pakailah agak banyak semoga kerjanya maksimal dan ulangi pemakaian secara berulang setiap jangka waktu tertentu. Sunscreen dengan SPF tinggi semisal dari angka SPF 75 atau bahkan SPF 100, sebetulnya tidak jauh berbeda tingkat perlindungannya dari angka yang lebih rendah. Yang beda yaitu waktu tunjangan yang bisa diberikan. Makin tinggi angka SPF, makin usang ia bisa bertahan melindungi. Tapi ini bukan kasus besar ketika menggunakan SPF rendah, kembali lagi bisa re-apply. Baique jadi pada dasarnya SPF tinggi bukan berarti lebih bagus ketimbang SPF rendah ya. Pilih aja yang sesuai kebutuhan dan kenyamanan kulit.


Selanjutnya hal ketiga, ini soal beda skincare yang natural dan organik. Jaman kini rasanya banyak orang menggemari segala sesuatu yang ada pelengkap natural-nya, termasuk soal skincare. Maka kemudian banyak produsen skincare memanfaatkan kesempatan ini. Bertubi-tubi deh di pasaran muncul skincare berlabelkan natural atau alami. Dan produknya laris, begitulah pokoknya. Soalnya banyak konsumen yang beropini bahwa alami lebih aman. Pendapat ini ada tidak salah sih, walau juga tidak sepenuhnya benar. Sebab, tidak semua materi alami tidak memicu reaksi negatif dari kulit dan tidak semua materi kimia berbahaya. Kembali ke topik semula, beberapa orang menganggap sama antara skincare yang natural dengan organik. Tapi aku ingin tau dan menganggapnya tidak sama sehingga aku cari tahu perbedaannya. Untuk lebih jelasnya, mari kita pahami definisi keduanya.

Natural bisa diartikan alami. Tapi sesungguhnya kata natural dalam industri kecantikan tidak punya standar khusus atau patokan untuk mengukurnya sih. Makara pada dasarnya suatu produk bisa dikatakan natural skincare kalau mengandung materi yang berasal dari alam, contohnya tumbuh-tumbuhan. Kalau sudah melalui proses kimia hingga menjadi suatu produk atau sudah ditambah bahan-bahan sintetis sebagai campurannya, apakah tetap disebut natural juga? Sebagian orang menganggapnya bisa, sebagian lagi tidak alasannya dianggap sudah tercampur atau tidak murni. Sampai ketika ini tidak ada pembagian terstruktur mengenai khusus yang menentukan suatu produk bisa dikatakan natural atau bukan natural. Makara galau juga ya. Satu produk bisa dibilang natural alasannya benar-benar alami, yang lainnya juga bisa disebut demikian alasannya punya kandungan ekstrak materi alam walaupun juga melewati proses kimia atau tambahan materi kimia.

Kalau organik, suatu produk skincare bisa disebut organik kalau sudah menerima sertifikasi khusus dari forum tertentu yang berkewenangan. Untuk bisa menerima label organik ini suatu produk atau bahkan brand yang memproduksi harus memenuhi sejumlah syarat tertentu, tidak hanya cukup mengandung materi alami di dalamnya. Syarat ini contohnya mempunyai kandungan materi organik di dalam produk, yang  berasal dari lahan organik juga, kemudian diproduksi dengan proses yang bebas dari paparan kimia sintetis. Kemudian tidak mengandung materi semacam pengawet, pewarna, atau pewangi buatan. Bisa termasuk juga bebas animal testing, cruelty free, dan non toxic.

Intinya syaratnya banyak. Supaya lebih gampang, memahaminya disederhanakan saja jadi begini. Semua produk yang organik sudah niscaya natural, namun produk natural belum tentu organik. Makara sudah terang ya kalau natural dan organik berlainan. Untuk menentukan produk organik, kita bisa melihat dari label yang tertera. Jika suatu produk atau brand benar-benar organik niscaya ada label sertifikasinya. Kalau soal menentukan produk yang natural, itu balik ke anutan masing-masing sih ya. Bedakan saja berdasar deskripsi yang aku tulis di atas, dan sesuaikan dengan keyakinan berdasar pengetahuan diri sendiri.

Sudah itu saja hal-hal seputar skincare yang bisa aku share pada dialog hari ini. Penting nggak penting, baca aja lah ya. Dan mohon koreksi kalau ada yang kurang tepat. Semoga ada manfaat dari goresan pena ini yang bisa dipetik :). Terimakasih sudah baca dan hingga jumpa di pos berikutnya!
Share This :
Johan Andin