MASIGNCLEAN101

Review: Purbasari Lulur Mandi Rempah (Herbal Body Scrub)

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf kalau kuat pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Sudah beberapa bulan, saya bermetamorfosis jadi orang yang malas luluran. Nggak terlalu merhatiin bedanya di kulit sih sama waktu dulu rajin scrubbing, tapii lulur mandi saya yang di rumah jadi koleksi doang. Dipajang tanpa digunakan. Kan sayang. Makanya saya mau rajin luluran lagi. Kebetulan pula awal bulan ini saya sudah beli lulur baru, hmm jadi bikin semangat mau luluran lagii, hihihi. Setelah menghabiskan lulur usang saya biar nggak mubadzir, now waktunya membuka lulur mandi baru. Yeay!

Maaf ya daun, kau saya petik dari flora koleksi ibuk saya. Kalau tertangkap tangan niscaya diomelin.

Ini bukan pembelian pertama saya. Udah berkali-kali beli lulur Purbasari soalnya, variannya juga ganti-ganti. Soalnya Purbasari tuh punya buanyak varian untuk lulurnya. Kalau yang rempah ini, udah dua kali sama yang sekarang. Kenapa saya beli varian rempah? Soalnya ini unik dan beda sendiri. Selain itu, di antara varian yang lain, cuma ini yang mengandung materi anti bakteri. Saya kan nggak mau sakit, jadi bagus deh ada lulur yang sanggup melindungi kulit dari bakteri. Harganya murah, untuk ukuran 125 gram lulur harga yang dibandrol cuma Rp. 7.375 saja. Ada kemasan lebih gedenya juga, harganya nggak beda jauh kok. Ini termasuk produk lulur paling murah se-Indonesia. Bandingin coba sama lulur brand lain, mana ada yang semurah Purbasari? Ya ada sih barangkali, tapi selama saya mencoba, belum ada yang sanggup nyaingin kualitas lulur Purbasari dengan harga seekonomis ini.

Kemasannya biasa. Jar plastik dengan tutup ulir yang di atas dan sekelilingnya ditempelin label keterangan. Label yang di atas tutup bahannya kertas, ramah lingkunagn sih tapi jadi rawan luntur ketika kena air. Nah, kalo yang di tubuh jar lebih bagus, bahannya plastik. Ini lebih sulit terurai dibanding kertas tapi lebih infinit disimpan. Pas gres beli, lulur ini punya segel plastik melingkupi seputaran tutupnya. Bagus nih, jadi lebih menjaga keamanan si lulur.

Purbasari Lulur Mandi Rempah atau Herbal Body Scrub didominasi warna coklat muda untuk kemasannya. Warnanya seolah-olah gula jawa atau jahe gitu, hehehe. Bikin kesan herbalnya makin nampak, sekaligus memberi kesan tradisional yang kuat. Pada potongan atas tutup lulur, ditulis keterangan:
Kulit harum alami, terlindung dari bakteri. Mengandung Ekstrak Kunyit dan Ekstrak Sirih, yang berguna menjaga kesehatan kulit dan melindunginya dari basil - maksudnya tentu basil jahat. Butiran scrub-nya secara lembut mengangkat kotoran dan sel kulit mati. Diperkaya dengan minyak esensial Akar Wangi yang menunjukkan keharuman alami pada tubuh. Cara pakai: Gosokkan merata ke seluruh tubuh dalam keadaan kering. Bilas dengan air. Untuk hasil yang optimal, gunakan setiap mandi sebagai pengganti sabun.
Saya sukaa sama kandungan dalam lulur ini. Makara luluran tuh nggak melulu biar kulit jadi lebih putih. Tapi sanggup juga untuk merawat kesehatan kulit. Lagian kulit bagus nggak harus putih kok, yang penting sehat dan kalau kulit terawat otomatis akan keliatan cerah bercahaya sebab nggak kusam :). Untuk cara pakai, saya nggak sepenuhnya ngikutin proposal di label lulur ini. Setiap mandi gak sabunan trus diganti ini? Bisa keriting tangan saya nggosokin tubuh mulu. Lagian khawatir iritasi. Makara saya pakainya seminggu sekali aja, maksimal dua kali. Oh iya, apakah ada bedanya lulur mandi sama body scrub? Kalau berdasarkan saya itu soal penamaan aja. Bagi saya, sama - translate-nya juga sama. Intinya digunakan untuk scrubbing tubuh sebelum mandi. Makara kalau saya bilang lulur atau body scrub di pos ini, ya maksudnya lulur mandi. Sudahlah, jangan memusingkan penamaan. Dan walau Purbasari ini bilang ia lulur mandi yang sanggup gantiin sabun, saya tetap pakai sabun untuk mandi walau habis luluran. Trus, dulu saya pernah baca kalau luluran mending ketika tubuh berair jadi kecampur air. Kalau saya nggak suka, malah licin dan jadi nggak maksimal kerja scrub-nya. Makara saya luluran cara Purbasari ini; pas tubuh masih kering.


Dari samping, keliatan ilustrasi dan nama lulur dicantumkan. Logonya khas, gambar putri raja yang nggak ganti-ganti dari dulu saya pertama liat lulur Purbasari. Ada keterangan dermatologically tested dan logo halal di samping kiri kanan logo dan nama produk. Keterangan ini ada juga di tutupnya tadi. Trus, ngintip dari potongan bawah ada tanggal kadaluwarsa tertera di sana. Nggak terlalu keliatan ya? Itu expired-nya masih tahun 2018 nanti. Tentu saja tanggal kadaluwarsa ini berlakunya sebelum kemasan produk dibuka. Kalau udah dibuka, jangan harap bakal tahan selama itu coy. Bisa jamuran sebelum habis masa berlakunya.


Di sisi samping yang berseberangan dengan nama dan ilustrasi lulur, terdapat deskripsi dan keterangan produksi. Pabriknya ada di Bogor. Trus ada barcode dan sejumlah printilan keterangan lain yang sanggup dibaca sendiri termasuk nomor POM. Nah, kalo keterangan utamanya, ditulis pakai bahasa Inggris nih. Tapi ini cuma translate dari terjemahan yang ada di tutup tadi. Plus kalo di sini nama lulurnya ketambahan pelengkap jadi Purbasari Herbal Bath Body Scrub. Ingredients-nya nggak saya tulisin ulang ya? Klik aja di foto untuk baca. Produk ini mengandung glycerin yang juga biasanya ada pada sabun. Trus masih ada mineral oil-nya, paraben, BHT, dan pewarna. Mungkin ada yang anti sama bahan-bahan tadi jadi saya sebutin. Ada dimethicone juga di produk lulur, saya jadi ingin tau kenapa dimethicone ini sungguh serba guna dan ada di mana-mana. Ada ekstrak yang disebutin di atas tadi, dan Allantoin juga. Eh, ada fragrance-nya nggak sih? Saya kok kurang keliatan neliti semua materi lulurnya. Kalo nggak ada, berarti aromanya murni dari ekstrak materi alami di dalamnya plus Akar Wangi.

Yuk, kita buka aja lulurnya!

Tutup ulirnya punya gerigi di samping, jadi bikin tangan nggak kepeleset ketika membuka. Nggak terlalu kuat tutupnya, tapi nggak bakal tumpah kalau dibalik kok asal muternya rapat. Di dalamnya nggak ada filter jadi isi lulur pada nempel ke balik tutup. Disyukurin aja, tandanya isinya penuh. Lulurnya sendiri berwarna kecoklatan yang soft gitu. Nggak putih bersih, tapi juga nggak berwarna pekat. Ya kayak di foto gitu. Teksturnya halus, butiran scrub-nya kecil-kecil dan banyak tapi nggak terlalu tajem. Yang paling Istimewa dari Purbasari Lulur Mandi Rempah ini adalah, aromanya yang khas. Tajam banget dan menyengat. Aroma akar wangi yang segar dicampur aroma rempah yang kayaknya seolah-olah wangi jamu kunyit asam. Kalau diendus lagi, gres tercium aroma sirih yang kaya antiseptik.

Orang rumah pada protes kalau saya lagi luluran pakai ini. Katanya baunya seolah-olah minyak nyong-nyong, padahal saya bahkan belum pernah nyium minyak tersebut. Aroma jejamuan dari lulur ini emang semerbak banget sih pas dipakai, tapi nanti begitu dibilas nggak seberapa tercium lagi. Btw, saya dulu pernah beli pajangan dari akar wangi yang dianyam. Baunya nggak setajam ini. Aroma lulur ini, sebab rempah sebenernya berdasarkan saya fungsinya me-relax-kan. Tapi sebab tajam, di saya malah bikin melek dan semangat.

Saya coba pakai aja yaa. Scrub-nya gampang dicolek sebab lulurnya lunak. Nggak butuh terlalu banyak untuk diratain dan digosok ke area yang tidak mengecewakan luas. Pas dioles, adem, basah, dan agak berminyak. Plus wanginya semerbak ala aromatherapy. Begitu diratain, butiran scrub-nya menyebar merata dan siap untuk merontokkan kotoran serta sel kulit mati yang sudah tidak diharapkan tubuh.

Gosokkan dengan gerakan memutar biar lebih maksimal kinerja lulurnya dan nggak melukai kulit. Karena butiran scrub-nya kecil-kecil dan agak basah, jadi butuh waktu dalam menggosok lulur ini hingga scrub-nya mengering dan residunya rontok. Biasanya kalau luluran, sesudah dioles dan diratakan, saya diemin dulu sebentar hingga setengah kering gres digosok. Lumayan, hemat energi. Pas digosok, lama-lama berair dan minyaknya terserap dan tinggalah gumpalan sisa butiran scrub kering yang jadi pada ngumpul. Lulur ini nggak akan bikin rontokan lilin ala daki gitu ya jadi nggak ngotorin lantai. Kalaupun rontok, palingan berupa butiran kecil atau gumpalan sisa scrub aja.

Saat digosok, ada sensasi hangat di kulit. Entah ini sebab kandungan rempahnya atau sebab saya ngegosoknya kelewat semangat. Setelah puas gosok-gosok dan tinggal tersisa residu lulur, maka kini saatnya membilas! Saya biasa membilasnya sekalian mandi sih. Abis dibilas pakai air, kulit rasanya bersih, lembap, halus, dan lembuut banget. Agak licin jadi usai luluran saya masih mandi dengan sabun. Nggak ada efek instan kulit jadi lebih cerah sih, tapi saya nggak masalah.Setelah dibilas, aroma rempahnya masih tertinggal tapi nggak setajam tadi. Tapi sebab habis itu saya mandi dengan sabun. aroma rempah lulur jadi ketutup wangi sabun. Masih ada sih sisa aroma lulurnya, tapi samar banget. Nggak diprotes orang rumah lagi deh saya :D. Soalnya, aroma tajem si lulur emang kalau dihirup kelamaan sanggup bikin pusing untuk sebagian orang yang tidak tahan. Tapi kalau saya sih sukaaa! Berasa jadi putri zaman baheula kalo wanginya rempah kaya jejamuan begini. Soal kandungan anti basil entahlah nggak terlalu ngerasain. Tapi memang kulit terasa lebih sehat sesudah pakai lulur ini.

Saya gres pakai Purbasari Lulur Mandi Rempah ini satu kali - eh dua sama pas review ini. So far masih suka, dan akan pakai hingga habis. Kalau habis ini mau beli lagi nggak? Bisa jadi sih, selama keuangan saya masih pas-pasan, kayaknya Purbasari bakal selalu jadi lulur favorit, hahaha. Dan hingga hari ini, varian favorit masih yang rempah. Tapi ngga nutup kemungkinan beli varian lain juga. Mudah-mudahan sesudah ini saya jadi rajin luluran secara rutin dan nggak bosenan ya. Kalau rutin luluran, kulit bakal lebih sehat dan cerah sebab terhindar dari kekusaman lho! Yuk, rajin luluran juga :)!

Rate 5/5. Repurchase? Maybe.

Notes:
+ murah
+ gampang ditemukan. di toko kecil juga ada
+ variannya banyak, sanggup milih sesuai selera atau kebutuhan
+ lezat digunakan luluran
+ yang rempah ini, bikin kulit lembap, halus, dan lembut
+ aromanya saya suka
- kurang ada filter di dalam jar, tapi nggak persoalan kok buat saya, malah jadi ngurangin sampah
Share This :
Johan Andin