MASIGNCLEAN101

[Random Talk] Ada Pelangi Di Matamu Dan Gosip Wacana Pelakor

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf jikalau kuat pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Tadinya pos ini mau diluncurkan pas Valentine. Tapi berhubung hari itu saya mager ngelanjutin nulis - gres judulnya doang - jadi batal deh. Trus balasannya diluncurkan hari ini saja. Ngomong-ngomong, selamat Imlek untuk semua yang merayakan :)! Semoga di tahun ini keberuntungan menyertai kita semua. Hari ini saya udah jawaban magang dan lagi libur tanggal merah. Tapi hujan terus di luar, jadi ngga ada destinasi yang menarik untuk dikunjungi. Mau nge-mall bosan, balasannya saya di kamar aja nge-blog. Apa kabar itu laporan magang? Dikerjakan kalau udah mentok deadline aja, soalnya saya anak slow.

Ini bukan sedang terbaper-baper kemudian bikin judul posnya rada puitis, tapi alasannya yaitu lagi punya payung warna rainbow aja dan terinspirasi dari sana, hahaha. Trus bikin saya ingat satu judul lagu juga. Hai semua! Anak geng 90's alias generasi lahir dan angkatan sekolah saya, niscaya tahu atau setidaknya pernah denger lagu Pelangi di Matamu. Itu lagu dulu ngehits dan top begete di jamannya, apalagi alasannya yaitu jadi soundtrack sebuah sinetron berjudul sama. Saya masih kecil waktu sinetron itu diputar, dan tivinya enggak selalu nyahut ke terusan yang nayangin sinetron tersebut, jadi nggak ngerti jalan ceritanya. Cuma, hingga gede saya kadang terngiang-ngiang lagunya dan jadi suka. Pas disetel ketika engkau sedang gundah gundah merana dan ingin meneteskan air mata.

Hari ini tema nulisnya random, tapi saya mau dongeng soal ketika dituduh sebagai pelakor, wkwkwk. Makara gini, saya tuh pernah suatu hari diajak kenalan seorang mas-mas. Mas-mas ini kebetulan rekan abang sepupu saya. Karena saya anaknya baik dan tida sombong yowis lah saya tanggapin niat baiknya. Si mas-mas ini, nggak perlu saya sebut identitasnya ngakunya sih single alias tidak punya pasangan. Nah, sesudah berkenalan, si mas ini jadi sering chat saya. Makin usang nih, intensitas nge-chat-nya makin sering, ditambah suka nelfon juga, dan beliau banyak memberi kalimat-kalimat yang mengatakan dengan terang-terangan kalau beliau menyimpan rasa pada saya *huek*. Dimulai dari kebanggaan ono ini, ditambah bilang mau ngajak jalan lah, mau main kerumah lah, mau ngantar atau jemput kemana lah, tapi pada dasarnya omong kosong. Karena saya kebetulan nggak baperan plus nggak gampang jatuh cinta apalagi dengan orang gila gres dikenal, yha saya biasa aja. Kalau orangnya nge-chat, ya saya balesin seperlunya. Pokoknya anggap sobat biasa gitu lah, ya kadang cerita-cerita, ngobrol segala hal, tapi saya pribadi ngga pernah menyinggung cinta-cintaan dan semacamnya ke orang tersebut.

Nah alasannya yaitu temenan, jadilah saya follow instagramnya, dan di-follow back dong ya. Nggak ada yang melanggar aturan kan dari saling follow teman? Lalu mendadak, di suatu siang yang hujan - tadi maksudnya - saya dikirimin direct message sama akun instagram si mas tersebut. Yang ngirim perempuan, ngaku sebagai pacarnya. Nggak pake basa busuk eksklusif nyerocos ngomel-ngomel kayak dedemit mau beranak. Intinya nuduh saya merebut si pacar bla bla bla dengan segala kata-kata kotor yang niscaya akan dirazia dinas kebersihan kalau denger, dan banyak sekali sumpah serapah lainnya. Pokoknya pada dasarnya yaitu menuduh aing sebagai pelakor. Itu tanpa penjelasan apapun eksklusif main ngatain aja dengan sama sekali tidak ada etika, dan pokok utama penyebab tuduhan tersebut dialamatkan pada saya yaitu alasannya yaitu saya sering chatting sama pacarnya.

Hahahahaha, perempuan gokil kan? Saya sebagai orang yang nggak emosian syukurnya sanggup berkepala dingin, tapi jari panas. Makara saya bales lah semua kata-kata sampahnya dengan lebih kejam lagi. Soalnya ya saya nggak terima lah orang nggak kenal kok eksklusif dituduh yang tidak-tidak. Kalau dari awal nanya bae-bae ngapain saya sering di-chat pacarnya dan alasannya dan lain sebagainya, saya niscaya nanggapin dengan sopan. Wong saya ini anak yang beradab kok. Tapi sesembak yang merasa punya pacar direbut oleh saya ini, wis nggak berakal sehat mungkin jadi eksklusif main sembur aja bagai dukun. Nah, lucunya sesudah saya balas dengan lebih kejam justru beliau yang angslup, ngilang begitu saja dan akun saya diblokir olehnya.

Ya, saya nggak nyalahin si mbak emosional tersebut sih. Mungkin beliau salah paham dan masih cabai jadi terburu emosi. Tapi saya juga ngga benerin tindakan saya yang balas ngata-ngatain kok. (Harusnya eksklusif laporin ke pihak berwajib aja dengan tuduhan hate speech, kan kini undang undang ITE sudah disahkan ;P.) Di sini saya mau share aja siapa tahu ada yang ngalamin tragedi sama. Makara mari kita analisa. Saya tuh posisi orang awam, diajak kenalan seseorang yang ngaku jomblo. Ya songong kan kalau saya tolak mentah-mentah? Apalagi abang saya pun kenal. Trus, saya tuh cuman balesin chat aja tanpa baper tanpa genit apalagi ngajak si mas tersebut menduakan - wong ngakunya nggak punya pacar. Tapi kemudian mendadak saya dilabrak walau hanya via sosial media oleh wedokan gelo yang tydac waras ngata-ngatain itu. Nah, dari logika dan kecerdikan sehat, apakah tragedi ini adil bagi saya? Share deh pendapat teman-teman di kolom komentar.

Belakangan, di mana-mana lagi marak gosip pe-la-kor alias perebut laki orang. Kayaknya istilah ini pertama kali dicetuskan oleh akun haters salah satu penyanyi tidak laris lagi yang katanya merebut suami majikan eh temen duetnya itu :'D. Awalnya saya dingin angsa dan nggak peduli amat sama gosip ini. Tapi sesudah saya ngalain sendiri dituduh melakor, saya jadi mikir. Kadang, seorang perempuan lebih suka memusuhi sesama kaumnya dikala merasa lelakinya berpaling. Bukannya penjelasan ke pasangannya dan menuntaskan duduk kasus antara mereka, tapi justru memicu duduk kasus gres dan memperbanyak istilah ini di mana-mana. Ya, nggak sanggup disalahin kalau memang pasangannya benar-benar direbut dan ada bukti, itu mungkin sanggup dibela. Tapi dalam beberapa kasus, mungkin ada yang kayak saya gini. Cowoknya yang ganjen sudah punya pasangan tapi demen ngegodain perempuan lain, dan perempuan tersebut yang tidak tahu menahu kehidupan fana kenalannya, jadi pihak yang tertuduh.

Analisa lagi, kalau dalam masalah yang saya alami, si mbak-mbak gelo yang nuduh tadi itu boleh dibilang nggak banget tampangnya. Saya cuman liat fotonya sekilas aja sih. *Jangan ngatain-jangan ngatain tapi kok pengin.* Kulitnya mbekisik, dibedakin putih bagai habis ketumpahan tepung terigu sekilo, alis cetakan lakban, dan poni ala rontokan wig bekas habis dicatok murahan. Dan beliau punya pacar. Makara mungkin ketika dikau dalam posisinya, ngeliat si pacar nge-chat ciwi lain, eksklusif deh terbakar api cemburu. Apalagi cewek lain itu jauuh lebih anggun ehm. Eh ini bukan kepedean saya, beliau sendiri kok yang dalam kemarahannya bilang saya cantik-cantik pelakor. Merasa kurang anggun lah merasa akan disingkirkan lah, pokoknya terpojok sehingga jadi punya ide melabrak dadakan saya. Ya, saya sanggup memahami. Tapi jikalau saya ada dalam posisi ibarat dia, alangkah lebih baiknya kalau memakai otak yang jernih dan menginstrospeksi diri dulu. Habis itu, hubungin pacarnya lah dan ngobrol baik-baik. Hati lebih hening dan nggak jadi emosian kayak pas ngomelin saya tadi. Ngomel-ngomel khan ngga baik. Siapa tahu mbaknya mendadak tensinya naik, trus kena serangan jantung dan metong. Kan jadi mati bawa dosa tuh mbak. Yaa, tapi mungkin si mbak memang fungsi otaknya minimum atau malah ngga sanggup dipakai, jadi ambil jalan pintas ngata-ngatain saya untuk melegakan panas dalamnya.

Oke, sekian aja curhatnya. Saya nulis ini alasannya yaitu daripada ngata-ngatain orang gila itu dalam hati, mending dijadikan materi goresan pena aja, produktif. Nah, bagi kaum mas-mas yang mungkin kebetulan baca goresan pena ini dan berencana akan mengajak kenalan perempuan lain sementara sudah punya pasangan, segeralah beralih pikiran. Swear mas, kamu tidak akan untung apa-apa!

Bye!
Share This :
Johan Andin