MASIGNCLEAN101

[Review] Aroma Karsa - Dee Lestari

[Semua foto saya sebelum berjilbab dihapus jadi mohon maaf bila kuat pada isi Blog. Doakan istiqomah ya teman-teman, terimakasih!]

Selamat hari raya! Tahun ini rasanya biasa-biasa aja bagi saya lebarannya. Kayak nggak ada sesuatu hal pun yang mengena gitu lho. Adakah yang mencicipi hal sama? Tapi yaudahlah ya. Ini masih demam isu liburan, dan jadi nggak terasa ya kalau kini hari Minggu. Soalnya sedang suasana libur. Meskipun kalau buat saya sih sama aja mau hari apapun juga. Nah di hari yang selo setelah lebaran ini, saya sedang mengembalikan lagi rutinitas hidup semula menyerupai sebelum puasa. Yaa balikin kebiasaan tidur, contoh makan, dan sebagainya yang berubah selama kemarin puasa. Tapi belom berhasil nih. Tidur saya masih berantakan, makan juga. Bahkan hidup saya juga masih berantakan. Masih untung muka enggak ikutan. Oke, jadi di hari yang saya sedang kurang tidur dan bete abis lantaran udah ngetik draft segunung tapi nggak ke-save dan harus ngulang ini, saya tetap mau menulis. Kali ini temanya resensi buku. Ini bukunya udah saya beli semenjak bulan lalu, dan sudah habis dibaca semenjak beberapa hari setelah beli, tapi belum masuk di fully loaded lantaran saya memang belum bikin posnya bulan ini. Aroma Karsa, ditulis oleh Dewi Lestari.


Sebenernya, saya udah lihat buku ini semenjak awal rilisnya sekitar beberapa bulan yang lalu. Makara waktu itu saya biasa lagi main ke Gramedia - my favourite place untuk menghabiskan waktu - trus lihat buku ini dipajang di penggalan depan book store itu. Yaa biasalah semacam ekspo untuk buku gres terbit. Nah waktu itu saya sempat pegang-pegang bukunya yang disediakan untuk dibaca di tempat, buka lembar-lembarnya, dan baca-baca dikit. Tapi nggak tertarik ngelanjutin. Soalnya ketika itu saya lagi habis baca Supernova yang sungguh menarik dan pas sekilas skrining Aroma Karsa tuh kayak beda jalur bukunya. Yang gres ini bernuansa ada dongeng kunonya gitu semacam kayak mengangkat tema budaya tapi nggak dalam - itu kesan pas saya cuma buka sekilas. Maka saya berpikir stereotipe, ah ini niscaya nggak menarik bukunya, bakalan membosankan, cetek dan udah ketebak dongeng maupun ending-nya dari lembar pertama. Begitulah, makanya saya nggak beli. Ya memang ketika itu saya tahu Dee penulisnya bukanlah nama enteng di kancah perbukuan tanah air, dan bahkan saya sudah mengakui kalau karya sebelumnya bagus, tapi tetep aja itu nggak cukup untuk memaksa saya beli buku barunya. Ngomong-ngomong buku ini sebetulnya nggak gres juga lantaran udah ada serial digitalnya yang tidak saya ikuti lantaran saya kudet. Makara tidak heranlah kalau di awal saya nggak tertarik, alasannya ialah tampaknya saya kurang wawasan. Nah saya tuh tipe orang yang menganggap kalau tidak semua pengarang tenar niscaya karyanya bagus, dan tidak semua penulis yang satu bukunya bagus maka semua akan bagus. Itu bisa jadi pembelaan kenapa saya nggak tertarik di atas. Maka masa itu saya pulang deh ngeluyur tanpa ngeborong buku gres setelah window shopping aja di Gramedia.

Tapi kemudian, selang beberapa waktu saya mulai melihat banyak orang ngeresensi buku ini di banyak sekali media. Huhuhu kesan pertama aing ternyata salah. Buku ini ternyata menarique di mata banyak pembaca. Ya belum tentu menarik di mata saya tapi alangkah baiknya membeli juga semoga bisa membaca dan memberi pendapat secara objektif mengenai buku tersebut. Maka saya segera berangkat membelinya, gampang sekali kan, yippi! Untung buku itu belum sold out pas saya tiba lagi ke Gramedia untuk membeli. Tapi memang udah nggak dipajang di depan pas penggalan new arrival sih, saya nemunya di rak belakang dan tinggal dikit stoknya. Beli, pulang, baca, dan ternyata ceritanya sungguh-sungguh mengagumkan sobat-sobatqu. Penasaran? Baiknya kalian beli sendiri. Eit tapi tunggu dulu, baca sedikit ulasannya di sini akan lebih baik sebelum baca lengkapnya sendiri. Jadi, simak terus ke bawah yua!

Pas habis dibeli, bukunya dikemas dalam plastik bening selayaknya buku gres lah yaw. Lalu di dalamnya barulah ada sebentuk Aroma Karsa dalam cetakan lembar-lembar kertas kotak yang dijalin rapi. Ukuran bukunya tidak terlalu besar, tapi cukup tebal, 724 halaman. Ini penerbitnya ialah Bentang. Sampulnya elok gais. Kalau cuma sekilas dilihat memang balasannya biasa, tapi setelah diperhatikan sungguh keren. Ada lukisan jalinan tanaman gitu beserta rangkaian bebungaan dan makhluk hidup kupu-kupu dan burung yang mengitari judul buku yang font-nya juga dibuat elok kayak ukiran. Warna sampulnya juga bagus, kalem sehingga nggak ngebanting fokus dari judul dan ilustrasi. Di dalam buku ada pembatasnya juga, dengan warna dan gambaran yang kurang lebih sama meskipun skalanya berlainan. Itu sampul depan dan pembatas buku, yang dijelaskan ialah judul dan nama pengarang - ada di atas. Nah kalau sampul belakang, isinya sedikit sinopsis ringkas. Tentunya masih dikitari gambar jalinan bunga dan tawon atau apalah itu. Ini saya kutipkan sinopsisnya semoga kalean tyda capek nge-zoom foto untuk membacanya.


Dari sebuah lontar kuno,  Raras Prayagung mengetahui bahwa Puspa Karsa yang dikenalnya sebagai dongeng ternyata tanaman sungguhan yang tersembunyi di daerah rahasia. Obsesi Raras memburu Puspa Karsa, bunga sakti yang konon bisa mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma,  mempertemukannya dengan Jati Wesi. Jati mempunyai penciuman luar biasa. Di TPA Bantar Gebang, tempatnya tumbuh besar, ia dijuluki si Hidung Tikus. Dari banyak sekali pekerjaan yang dilakoninya untuk bertahan hidup, satu yang paling Jati banggakan, yakni meracik parfum. Kemampuan Jati memikat Raras. Bukan hanya mempekerjakan Jati di perusahaannya, Raras ikut mengundang Jati masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Bertemulah Jati dengan Tanaya Suma, anak tunggal Raras, yang mempunyai kemampuan serupa dengannya. Semakin jauh Jati terlibat dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa, semakin banyak misteri yang ia temukan, wacana dirinya dan masa kemudian yang tak pernah ia tahu.

Buku ini terdiri dari banyak penggalan dengan judul-judul unik pada tiap sub. Trus alurnya maju mundur sebentar berpandangan retrospektif kemudian berada di masa kini, gitu lah bolak balik. Tapi bagusnya nggak bikin galau kok ketika kita dibawa ke setting waktu yang lain. Ada banyak tokoh dalam buku ini, dan nyaris semua megang peranan penting, tapi yang benar-benar sentral sih beberapa aja. Maksud saya tuh, banyak tokoh yang muncul di bab-bab tertentu dan penting untuk keperluan membangun dongeng di situ, tapi mereka nggak ada di bab-bab lain. Cuma ada segelintir nama yang muncul terus-terusan semenjak awal hingga selesai buku, begitu. Pertama saya baca buku ini, di penggalan satunya ada nama pada judul yang semula saya kira bakal jadi tokoh utama - walau di sinopsis belakang sampul nggak disebut-sebut ya. Tapi ternyata bukan. Lalu ada nama lain muncul di penggalan satu, ini yang akan nongol terus-terusan juga hingga ke nyaris selesai buku, tapi sebetulnya bukanlah tokoh yang utama banget berdasarkan saya. Soalnya dari pemahaman saya, yang jadi sentral dongeng ini tuh dua huruf yang nanti perlahan dikenalkan setelah lewat penggalan satu. Makara penggalan satu ini tuh semacam prolog atau pembukaan cerita. Mulai ngenalin nanti ini konflik utamanya dibawa ke mana dari prolog - ya sebuah dongeng tidak bermaksa bukan kalau tanpa konflik? Bab pertama dalam Aroma Karsa ini berlatar waktu di masa lampau dari sekarang, tapi nggak bisa saya sebut retro sih lantaran ini masih awal, belum ada yang dibalikin ke mana-mana. Baru nanti di penggalan berikutnya ber-setting di masa kini yang jauh dari jaman dahulu. Selanjutnya banyak flashback antara masa kini dan masa lalu.

Perburuan tiga generasi Prayagung demi menemukan bunga abnormal Puspa Karsa. Cerita awal dimulai dari perkenalan Janirah Prayagung sang anak abdi dalem keraton dan Raras cucunya. Tokoh Janirah ini digambarkan begitu curious terhadap segala sesuatu ketika ia kanak-kanak, makanya ia sanggup menemukan harta karun yang kelak diwariskan ke cucunya di masa renta beserta sebuah misi. Raras di awal digambarkan polos-polos aja, dan dalam beberapa penggalan selanjutnya saya menganggap ia seorang professional perempuan sukses, terutama dalam karir dan kehidupan sosialnya. Lalu dimunculkanlah tokoh Jati Wesi sesudahnya, yang pertama-tama saya anggap perjaka Bumi biasa tapi dialah sang tokoh utama sesungguhnya. Perkenalan Jati dikemas beserta hiruk pikuk kehidupannya di TPA - bukan taman pengajian anak tapi daerah pembuangan selesai tentu saja - dan multi pekerjaan yang ia jalani. Bersama Jati, nanti akan pelan-pelan dimunculkan Nurdin Suroso dan Khalis Batarfi, juga Anung yang ketiganya boleh disebut punya tugas bapak dalam hidup Jati. Kelak dengan timbulnya konflik, gres ada tokoh gres Tanaya Suma yang arti namanya ialah anak bunga, putri tunggal Raras tapi padahal bukan. Yha pokoknya diam-diam hidup Suma akan terbongkar nanti di penggalan belakang-belakang. Suma ini tokoh sentral juga untuk mendampingi Jati kelak.

Ceritanya luas nggak cuma berkisar mereka, banyak tokoh pendukung yang terlalu memenuhi pos kalo saya sebut satu-satu. Awal hingga pertengahan buku dengan penggalan tengah ke belakang menunjukkan kejutan berbeda. Tokoh yang semula di awal saya anggap protagonis tahunya di selesai justru jadi perancang semua skenario jahat dan tokoh yang nggak disangka-sangka justru jadi kunci penentu kisah. Nyaris di akhir-akhir buku, ada beberapa huruf gres yang gres ditampilkan. Mereka sungguh-sungguh penting walau porsinya tidak banyak, sebagian berasal dari lokasi tak terduga dengan kisah mencengangkan pula. Di saat-saat titik puncak inovasi Puspa Karsa, ada tokoh-tokoh yang dimatikan, tapi di sini lah misteri mulai terkuak. Ending dongeng ini agak ngambang, semacam tidak benar-benar selesai gitu, kayak masih bisa bersambung dan menciptakan ingin tau lantaran pembaca sanggup merangkai sendiri kelak bagaimana hidup Jati dan Suma seterusnya.

Indra penciuman dan kaitannya dengan perfumery menjadi benang merah Aroma Karsa. Saya dari dulu tahu kalau parfum memounyai tiga not aroma tapi nggak pernah benar-benar paham hingga baca buku ini. Banyak pengetahuan gres yang termuat, mulai dari perbendaharaan aroma, isi dan cara kerja sebuah olfaktorium, jenis anggrek, hingga medan mendaki gunung. Dengan banyaknya riset yang dilakukan Dee sebelum menulis Aroma Karsa ini, menimbulkan bukunya begitu berbobot walau fiksi dan super epik. Saya mulai baca buku Dee dari Perahu Kertas. Pada waktu itu saya anggap bukunya menarik tapi nggak wow, kayak novel remaja biasa aja. Setelah mengenal Supernova - walau telat - saya gres mulai membuka mata dan salut sepenuhnya sama penulisnya yang cerdas dan berani mengangkat tema di luar jalur umum pada masa itu. Rectoverso juga saya jadi tertarik bacanya setelah ada Supernova - dan terutama lantaran udah dengar lagu untuk satu cerpen di dalamnya. Tapi dari semua itu, pas baca Aroma Karsa saya gres beneran jatuh cinta sama bukunya Dee. Padahal sebelum baca saya pesimis kan dan nggak pribadi beli. Aliran Aroma Karsa ini menyerupai Supernova tapi beda di pemilihan tema dan latar belakangnya. Kalo Supernova mengarah ke scientific, Aroma Karsa lebih ke perpaduan kisah kuno dan modern dengan sentuhan mistik yang kolosal. Fiksi yang agak ngawang fantasinya dari kedua judul di atas berdasarkan saya agak mengingatkan pada Harry Potter atau LOTR versi lokal, meskipun yaa masih agak jauh. Meskipun begitu, tetap keren ya lantaran gres kali ini saya nemu penulis lokal yang bisa bikin karya begitu. Haibat sekali Mbak Dee!

Oh ya, waktu pertama saya tahu soal tokoh Jati dan dunia penciumannya dengan parfum-parfum itu, sekilas membawa saya ke ingatan jaman awal masuk kuliah. Saat itu lagi jam kosong dan saya beserta beberapa temen lain lagi nongkrong di kos salah satu mitra baru, nonton film dari laptop. Filmnya serem, apa sih genre-nya Perfume: The Story of a Murderer? Pokoknya itu film berkisah wacana pembuat parfum luar biasa dengan kekuatan penciuman supernya semenjak bayi yang kelak menimbulkan dia pada masa remaja menjadi pembunuh insan untuk diekstraksi menjadi parfum, hii sungguh dark. Tapi Jati berbeda. Jati ini sosok perjaka sweet kok bukan murderer, dan kemampuan penciumannya bukan untuk merenggut jiwa orang. Dee bikin tokohnya lovable sekali sih. Bicara soal Dee, selain suka bukunya kini saya juga ngefans sama orangnya. Padahal sebelum ini saya follow Instagram Dee juga enggak lho, tapi semua berubah semenjak suatu hal. Saya udah nulis sedikit review soal Aroma Karsa di Instagram dan di-like sama Dee! Wow mengherankan sekali mengingat gres kali itu saya posting resensi buku dan disukai sama penulisnya langsung. Soalnya sebelum itu saya juga udah sering nulis resensi dari pengarang lain tapi beliau-beliau pada tidak aktif di Instagram - utamanya. Senang sekali Dee ternyata bersahabat dengan pembaca. Satu lagi yang bikin saya makin ngefans. Dewi Lestari awalnya kan penyanyi ya anggota grup vokal, tapi nyatanya sekarng bisa jadi penulis yang diperhitungkan. Jadi, ini mengajarkan pada saya bahwa orang bisa menjadi apa saja yang diinginkan selama dia mengerjakannya dengan sungguh-sunguh tanpa peduli latar belakang sebelumya ia ialah apa dan berasal dari bidang mana.

Aroma Karsa sungguh bagus, dan setelah saya baca saya bahagia sekali bisa merekomendasikannya ke kalian semua. Baca juga ya, habis itu kalian bisa ikutan menulis pendapat soal bukunya dan share semoga makin banyak yang tertarik ikutan baca. Oke sekian dulu goresan pena saya hari ini, mohon maaf lahir dan batin bila selama aktif di Blog saya ada salah-salah yang disengaja maupun tidak. Sampai jumpa di pos berikutnya, see you love!
Share This :
Johan Andin